search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Museum Lontar Karangasem Kedatangan Mahasiswa Melbourne
Selasa, 5 Desember 2017, 15:00 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Museum Lontar Dukuh Penaban kian menggeliat. Di tengah ancaman erupsi Gunung Agung, Museum yang baru diresmikan beberapa waktu lalu kedatangan mahasiswa S2 dari Universitas Melbourne sebanyak 7 orang.
 
"Kedatangan mereka ke museum bertujuan untuk melakasanakan assessment di museum dukuh penaban," ujar Bendesa Dukuh Penaban I Nengah Suarya, SE saat ditemui Selasa (5/12).
 
[pilihan-redaksi]
Kedatangan mahasiswa tersebut diterima langsung oleh Suarya bersama tim Kurator I Dewa Gede Catra sebagai tamu.
Dalam kunjungannya para mahasiswa S2 tersebut mengatakan ingin melihat lebih dekat tentang tempat penyimpanan Lontar.
 
Namun sehubungan bangunan museum lontar belum dibangun, pihak pengelola menyampaikan bahwa Lontar yang ada saat ini tersimpan di komunitas oleh sebab itu, seluruh mahasiswa tersebut diajak mengunjungi lokasi komunitas diantaranya Ketut Kaler, Gede Tinggal,dan rumah Bendesa Nengah Suarya.
 
Dalam kesempatan tersebut, seluruh mahasiswa diberikan penjelasan oleh Kurator Dewa Catra terkait keberadaan lontar dan proses pembuatan kertas daun lontar hingga bisa ditulisi aksara.
 
Selain itu, mahasiswa juga sempat diajarkan menulis diatas daun lontar sebagai pengenalan dasar lontar. Para mahasiswa tersebut sangat menikmati proses yang dipaparkan Kurator, bahkan mereka berkeinginan bisa diadakannya kerja sama untuk ke depan. 
 
Mereka mengatakan, nantinya kegiatan ini akan mereka sampaikan ke kampusnya. [igs/wrt]

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami