search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pentingnya Kesederhanaan Dalam Seni Kerakyatan
Minggu, 29 April 2018, 18:45 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Prof. Dr. I Made Bandem, MA menyebutkan seni kerakyatan terkadang dalam berkesenian perlu kesederhanaan. Hal itu yang disampaikan usai menyaksikan pementasan janger SMKN Bali Mandara  dan SMKN 3 Sukawati.
 
[pilihan-redaksi]
Pementasan janger di kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam (28/4) itu terkait dengan Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya III. 
 
“Buleleng (SMK Negeri Bali Mandara-red) lebih sederhana tetapi banyak kreasi lagu yang ditampilkan, kalau mereka tampil lagi mereka bisa mengambil elemen janger dari menyali sehingga ada style atau gaya khusus,” ujar Bandem memuji. 
 
Mendapat pujian dari Bandem, tidak serta-merta membuat Kepala SMK Negeri Bali Mandara, I Wayan Agustiana, S.Pd., M.Pd. berbesar kepala. Sebaliknya, Agustiana rendah hati. Ia mengaku belum maksimal seperti diharapkan. Itu karena keterbatasan waktu persiapan. 
 
 
Walau begitu siswa-siswa dan guru tetap semangat mencoba tampil baik saat pentas janger. Menurut Agustiana kehidupan sehari-hari anak didiknya yang tinggal di asrama menjadi inspirasi dalam penggarapan janger. 
 
“Sehari-hari mereka hidup di asrama, fluktuasi kehidupan berasrama ada asmara, cemberut, suka cita dan inilah yang ditangkap pembina sehingga jadilah garapan ini,” papar Agustiana. 
 
Garapan janger berjudul ‘Gitaning Den Bukit’ menceritakan kehidupan remaja yang bernanung di Kabupaten Buleleng. Sejumlah empat lagu baru menjadi pengiring janger kreasi 12 pasang penari janger. 
 
“Dalam garapan ini kami mengajak generasi muda Bali untuk siap mengahadapi perubahan global ini,”tambah Agustiana. 
 
Sementara itu penampilan janger SMKN 3 Sukawati tak kalah apik dibanding penampilan SMKN Bali Mandara. 
 
“Untuk SMK 3, Potensi anak-anaknya semua kuat, komposisi apik dan enerji yang prima. Namun dalam seni kerakyatan perlu kesederhanaan,” tuturnya. 
 
[pilihan-redaksi2]
Pada Intinya, menurut Bandem, bahwa kedua sekolah kejuruan ini sama-sama memiliki ciri khas untuk sebuah seni pertunjukan. Adapun Kepala SMKN 3 Sukawati, I Gusti Ngurah Serama Semadi berujar mengatakan ide garapan anak didiknya juga berdasarkan kehidupan sehari-hari remaja. 
 
“Yohana Jayantika, kemenangan seorang remaja. Jadi sebagai remaja jangan melempem, harus semangat dan kreatif dalam menggali sesuatu,” tegas Serama dengan gurat wajah serius. 
 
Meski waktu persiapan relatif singkat, namun seniman dari SMKN 3 Sukawati tetap tampil dengan total. Mengingat julukan Kabupaten Gianyar sebagai bumi seni, Serama memiliki harapan sederhana untuk sekolah tempatnya memimpin. 
 
“Awalnya Kokar Bali, jadi SMKN 3 Sukawati sehingga berikanlah dia (SMKN 3 Sukawati-red) spesial, umpamanya dia diberikan apa misalnya sendratari,” harapnya. 
 
Sebab, sebagai sekolah kejuruan berbasis seni pertunjukan, dirinya sangat yakin keluarga besar SMKN 3 Sukawati dapat mempersembahkan sesuatu yang ‘lebih’ dan spesial tanpa harus keluar dari pakem-pakem seni itu sendiri. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami