search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemkab Badung Gelar "Pecaruan Karipubaya Menawa Gempang" di Puspem
Selasa, 5 Februari 2019, 15:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Pemerintah Kabupaten Badung melaksanakan Upacara Pecaruan Karipubaya Menawa Gempang di Pura Lingga Bhuwana Puspem Badung yang bertujuan sang Bhuta Kala yang ada di areal Puspem Badung agar kembali ke tempat masing-masing. 

Upacara dipuput oleh Ida Pedanda Gede Buruan Griya Dharmasaba, dan Ida Pedanda Buda Griya Jadi Tabanan bertepatan dengan Tilem Sasih Kaulu, Senin (4/2). Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, Ketua DPRD Badung Putu Parwata, Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adi Putra, Ketua Gatriwara Badung Ayu Parwata, Ketua WHDI Badung Ny. Isyudayani Astika, Kepala BNN Badung Ketut Masmini, Wakil Ketua TP. PKK Badung Ny. Adi Arnawa serta jajaran OPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Badung.
 
Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adi Putra menyampaikan, maksud diadakan  upacara Pecaruan Menawa Gempang, bukan hanya pecaruan semata namun upacara nawa gempang merupakan upacara upakara mengenai keletehan, keletuhan, bencana, serta yang lainnya. 
 
"Agar hal tersebut berlangsung terus menerus maka dengan itu dilaksanakan upacara menawa gempang. Dengan tujuan sang Bhuta Kala yang ada di areal Puspem Badung agar kembali ke tempat masing-masing,” jelasnya. 
 
Hal tersebut tersurat dalam Upacara  Karipubaya berdasarkan sastra dalam pustaka tutur lebur sangsya menuturkan, bila ada ciri seperti kelapa kembar, jambe kembar, pisang yang buahnya muncul pada batangnya serta kepanca bhaya yang bisa disebut panas keras, umah kerubuhan taru (rumah ditimpa pohon), kejadian tersebut disebut karipubhaya. 
 
"Kalau ada lulut di pekarangan disebut kalulut bhaya, kalau ada darah di pekarangan tanpa sebab disebut karaja bhaya. Kalau ada anak nyuduk raga lan kari maurip disebut raga  bhaya, kalau ada masyarakat meninggal akibat gantung diri dan bunuh diri menceburkan diri ke jurang, kejadian itu semua dapat dikatakan  kadurmanggalan, jagat katemahan, durbhiksa ikang bhuwana dan patut kapelepeh dengan caru menawa gempang terutama kejadian salah pati patut dilakukan pecaruan menawa gempang," tambahnya. 
 
Carunya tersebut merupakan caru mawisesa, pengenteb ngicalang supaya bebhutan sirna kembali ketempatnya dan tidak mengganggu di jagate. "Pecaruan menawa gempang medasar caru panca sata, ayam lima dan itik putih. Diharapkan melalui pecaruan ini yang mengganggu dari alam sana agar kembali ke asalnya dan berbagai penyakit, durmanggala dan durbikasa semuanya akan sirna” jelasnya.
 
Sementara itu Wakil Bupati Badung usai melaksanakan persembahyangan bersama mengatakan, maksud dan tujuan dilaksanakan upacara pecaruan nawa gempang ini adalah sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kabupaten Badung atas nama masyarakat Badung tidak henti-hentinya untuk melaksanakan rastiti Bhakti pada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh isi alam semesta untuk selalu mensucikan menyeimbangkan alam ini lahir dan bhatin. Sehingga segala hal-hal yang menjadi cacat di bumi ini, kekurangan, hal-hal yang masih kotor  dapat dibersihkan dengan upacara caru ini. 
 
 
"Dengan demikian suasana kebatinan kita terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa dan antar masyarakat selalu bersih, damai dan shanti. Secara agama mesti melaksanakan upacara pembersihan, dan ini kita rangkaikan semua bukan hanya sebatas itu saja tetapi dalam konteks yang lebih luas,” tegasnya.

Reporter: Kominfo NTB



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami