search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pahlawan I Gusti Ketut Jelantik dan Sejarah Perjuangannya
Selasa, 20 Agustus 2019, 08:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Air mata keluarga pewaris Pahlawan Nasional, I Gusti Ketut Jelantik dari Puri Jaga Raga tak terbendung lagi ketika menyampaikan aspirasi bersama kumpulan pemuda Karangasem (KPK) di Gedung DPRD Karagasem pada Senin (19/08/2019).
 
Aspirasi yang disampaikan terkait perbaikan kerusakan tugu pahlawan Nasional asli Karangasem tersebut akibat gempa Lombok yang terjadi pada tahun 2018 lalu, dimana bagian kepala hingga tubuh patung ambruk dan yang tersisa hanyalah bagian kakinya saja.
 
Suasana haru yang membuat air mata beberapa keluarga puri meneteskan air mata ketika I Gusti Agung Arya Dewantara salah satu keturunan asli pahlawan Nasional Gusti Ketut Jelantik menceritrakan sedikit kisah heroik yang telah dilalui oleh leluhurnya tersebut.
 
Dalam ceritanya, sekitar tahun 1846, Gusti Ketut Jelantik berperang melawan penjajah Belanda di bumi Panji Singaraja. Saat itu beliau bertempur sebanyak 3 kali agresi. Agresi pertama pasukan beliau kalah saat bertempur di Singaraja, kemudian beliau lari dan membuat benteng di Balepunduk. Sekitar tahun 1848, hampir seluruh kerajaan di seluruh Bali memberikan pasukannya untuk bertempur bersama Gusti Ketut Jelantik.
 
Dalam agresi tersebut, strategi brilian dari Gusti Ketut Jelantik yang dikenal dengan nama strategi "supit urang" (seperti capit udang) berhasil mengalahkan pasukan Belanda bahkan membuat salah satu jendral pasukan Belanda tewas hingga kabarnya menggemparkan koran seluruh Eropa begitu juga dengan kesuksesan memenangkan agresi yang ketiga kalinya.
 
"Meski sempat kalah, namun 2 agresi berikutnya berhasil dimenangkan bahkan salah satu Gubernur Jendral pasukan belanda terbunuh dengan taktik yang dikenal dengan sebutan "Supit Urang"," kata Agung Arya Dewantara. 
 
Cerita Arya Dewantara kemudian dilanjutkan oleh Gusti Agung Gede Jelantik yang menceritakan tetang kematian Pahlawan Gusti Ketut Jelantik. "Semua orang harus tahu bahwa beliu tidak gugur di medan perang, dengan kemampuan spiritual yang dimilikinya musuh-musuhnya menjadi kelabakan untuk mengalahkan beliau," ujarnya.
 
Dijelaskan Belanda melakukan segala cara dan upaya untuk bisa mengalahkan Gusti Ketut Jelantik namun karena kemampuan spritualnya, beliau tidak pernah bisa dikalahkan. Pada akhirnya beliau kalah itu pun karena diperdaya saudaranya sendiri dengan mengikhlaskan dirinya untuk berpulang ke nirwana dengan melepaskan segara spiritual yang selama berperang menyertainya.
 
"Beliau tidak meninggal di medan perang, melainkan karena diperdaya oleh saudaranya sendiri sehingga beliau mau melepaskan semua kemampuan spiritualnya dan ikhlas untuk kembali ke Sang Pencipta," tutur Agung Gede Jelantik.
 
Dalam penyampaian aspirasi tersebut, selain dihadiri Agung Gede Jelantik, juga turut serta keturunan Pahlawan Gusti Ketut Jelantik lainnya yakni Gusti Agung Wayan Jelantik generasi keturunan ketiga, Gusti Agung Nengah Karang keturunan keempat dan Gusti Agung Alit Ardana keturunan generasi kelima. (bbn/igs/rob)

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami