Amerika Siapkan 'Senjata' Gempur Teknologi China
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Untuk mengalahkan China di bidang teknologi, Amerika Serikat (AS) menyiapkan 'senjata' atau sebuah aturan baru untuk memperkuat daya saing AS pada manufaktur semikonduktor domestik dan penelitian sains.
Presiden Joe Biden juga telah menandatangani Rancangan Undang-undang (RUU) bernama Chips and Science Act. Rencananya lewat aturan terbaru tersebut AS akan menggelontorkan miliaran dolar.
"Hari ini adalah hari untuk membangun. Hari ini Amerika berhasil," kata Biden saat upacara penandatangan, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (19/8/2022).
Peraturan tersebut akan mencakup lebih dari US$52 miliar (Rp 773,5 triliun) untuk perusahaan AS memproduksi chip komputer. Miliaran dolar lagi juga siap dikeluarkan untuk mendorong investasi pada manufaktur semikonduktor.
Penelitian dan pengembangan ilmiah juga akan dapat pendanaan senilai puluhan miliar dolar. Dengan begitu dapat memacu inovasi serta pengembangan teknologi lain.
Gedung Putih mengatakan perusahaan yang didorong RUU mengumumkan lebih dari US$44 miliar (Rp 654,5 triliun) dalam investasi manufaktur semikonduktor baru. Dari jumlah itu, US$40 miliar (RP 595 triliun) dari investasi Micron pada pembuatan chip memori.
Dengan inisiatif ini, Gedung Putih mengatakan akan menghasilkan 8.000 pekerjaan baru. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar AS mencapai 10% yang sebelumnya 2%.
Qualcomm dan Global Foundries juga telah mengumumkan kerja sama baru, kata pihak Gedung Putih. Salah satunya adalah produksi chip senilai US$4,2 miliar (Rp 62,4 triliun) untuk peluasan pabrikan Global Foundries di bagian utara New York.
Pasar AS memang tidak mendominasi di sektor chip dunia. AS hanya memproduksi 10% pasokan semikonduktor dunia. Asia Timur menguasai 75%, dan banyak raksasa semikonduktor memusatkan produksinya di sana.
Semikonduktor adalah bagian penting produk seperti elektronik, mobil, peralatan perawatan kesehatan dan sistem senjata. Sayang sektor ini jadi salah satu korban merebaknya Covid-19. Industri terganggu akibat chip yang langka dan kesulitan rantai pasokan.
Masalah ini juga yang membuat pejabat AS menyoroti ketergantungan negara tersebut pada produk luar negeri. Selain itu juga alasan ancaman keamanan nasional. (sumber:cnbcindonesia.com)
Editor: Robby
Reporter: bbn/net