Momen De Gadjah Bahagia Meski Berdarah-darah Ikut Perang Pandan di Tenganan: Saya Atur Ayah
beritabali/ist/Momen De Gadjah Bahagia Meski Berdarah-darah Ikut Perang Pandan di Tenganan: Saya Atur Ayah.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Mengenakan kamen kain tenun gringsing, Ketua DPD Partai Gerindra Bali Made Muliawan Arya atau yang akrab disapa De Gadjah terlihat antusias mengikuti prosesi perang pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Jumat (7/7).
Baginya, ikut terlibat dalam kegiatan budaya merupakan amanah yang selalu diingat dari tokoh panutannya, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Selain selalu menjaga kelestarian budaya, lanjutnya, Prabowo juga berpesan untuk senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat.
“Saya ngatur ayah (persembahan, red) dalam perang pandan bagian dari aci ya upacara kami sebagai orang Bali ingin ngatur ayah,” ucap Wakil Ketua DPRD Denpasar belum lama ini.
Ikut dalam tradisi mekare-kare pandan atau yang dikenal dengan perang pandan ini adalah hal yang baru baginya. Walau perih karena duri-duri pandan, tapi tidak sebanding dengan rasa bahagia bisa menjadi bagian dalam tradisi yang dilestarikan secara turun temurun.
Tradisi unik ini merupakan warisan budaya leluhur yang dimiliki Desa Tenganan. Upacara persembahan untuk menghormati para leluhur dan juga Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, yang bertempur melawan Maya Denawa seorang raja keturunan raksasa yang sakti dan sewenag-wenang, yang melarang rakyatnya menyembah Tuhan.
Menurut De Gadjah, semua daerah memiliki alam yang indah tapi tidak memiliki budaya dan tradisi seperti Bali. “Itu yang membedakan Bali dengan daerah lainnya, yaitu budayanya,” imbuh Ketua Pertina Bali ini.
Lebih lanjut diutarakan, ia sangat senang berpartisipasi hal yang baik dan positif apalagi berkaitan dengan budaya Bali. De Gadjah sudah siap sakit berdarah-darah karena duri pandan.
Sebelum tarung, hanya berdoa dan meminta restu dengan Tuhan Yang Maha Esa. “Persiapan utama doa restu dari Tuhan supaya ngatur ayah dilancarkan. Intinya sebenarnya itu sebagai masyarakat Bali cinta akan budaya kita,” tegasnya.
Baginya dengan ikut dalam ritual perang pandan ini juga menjalin silaturahmi dengan para sahabatnya di Desa Tenganan Karangasem. Dalam mengikuti ritual ini karena tidak lepas dari sifatnya senang bergaul dengan siapapun, walau harus jauh-jauh datang dari Denpasar ke Karangasem.
“Saya senang bergaul tanpa melihat warna kulit dimanapun saya suka bergaul bisa bergaul menjadi bagian mereka semua,” terangnya. Usai acara, pada kesempatan tersebut De Gadjah juga menyerahkan bantuan untuk perbaikan bale agung kepada ketua panitia.
Editor: Robby
Reporter: Gerindra Bali