search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Makna Tradisi Siat Sarang di Desa Adat Selat, Puluhan Pemuda Saling Serang
Kamis, 8 Februari 2024, 19:46 WITA Follow
image

beritabali/ist/Makna Tradisi Siat Sarang di Desa Adat Selat, Puluhan Pemuda Saling Serang.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Puluhan pemuda di Desa Adat Selat, Karangasem saling menyerang di jalan raya menggunakan "sarang". Aksi mereka ditonton oleh ratusan warga serta mendapat pengamanan dari pecalang maupun pihak kepolisian. 

Aksi saling serang antar kelompok pemuda tersebut bukanlah kerusuhan, melainkan bagian utama dari pelaksanaan tradisi siat sarang atau perang sarang yang memang rutin digelar setiap tahun menjelang upacara usaba dimel. 

Kelian Ngukuin Desa Adat Selat, Jero Mangku Wayan Gede Mustika mengunhkapkan, ritual atau tradisi Siat Sarang merupakan rangkaian aci petabuhan yang bermakna sebagai pecaruan atau nyomia Bhuana Agung dan Alit yang dilaksanakan pada hari ini, Kamis (8/2/2024). 

“Siat sarang ini diperuntukkan khusus untuk nyomia Bhuana Alit, krama yang secara tulus sadar memerangi mengendalikan hawa nafsu yang menyerupai perilaku bhuta kala agar mampu dikendalikan supaya betul-betul menjadi pikiran tulus suci menyambut Upacara Usaba Dimel tiga hari mendatang,” kata Mustika. 

Ia menjelaskan, inti dari Tradisi Siat Sarang tersebut adalah pengendalian diri, Sarang yang dilempar memiliki makna melepas hawa nafsu yang ada di dalam hati serta melepas perilaku Sadripu yang ada dalam diri masing masing sehingga pada saat upacara usaba sudah betul-betul somia.

Untuk Sarang yang dipergunakan dalam tradisi ini merupakan Sarang yang sebelum sudah dipergunakan sebagai alas membuat jajan yang akan dihaturkan saat usaba. Sebelum dipergunakan, Sarang terlebih dulu di upacarai, sejumlah sarana pelengkap dalam upacara petabuhan seperti tenge-tenge yang berisi gambar bhuta kala dikumpulkan lalu dimasukkan kedalam sarang lalu di upacarai ditaruh di depan rumah, sebelum nantinya dikumpulkan.

“Ini tujuan agar hawa nafsu bhuta kala dikumpulkan untuk diberikan labaan di bale agung, sehingga itu keluar dan bisa dikendalikan, kemudian disini kembali dilepas melalui Tradisi Siat Sarang,”  terang Mustika.

Sementara itu, berdasarkan pantauan di lokasi, sebelum Tradisi Siat Sarang dimulai, sejumlah warga dan pemuda mengumpulkan Sarang yang telah diupacarai dari masing-masing rumah warga menuju pertigaan jalan pasar Selat atau sebelah utara Polsek Selat. 

Setelah sarang ini terkumpul, pemuda yang hadir mengikuti tradisi kemudian dibagi menjadi dua kelompok, sebagian kelompok berada di sisi selatan tidak memakai baju, sengaian kelompok berada di sisi utara dengan tetap memakai baju.

Sebelum tradisi siat sarang dimulai, tokoh desa adat kemudian hadir di tengah-tengah dua kelompok pemuda untuk memberikan pemahaman dan penjelasan terkait pakem serta apa pemahaman mengenai tradisi tersebut sebelum nantinya memberikan aba-aba untuk memulai Tradisi Siat Sarang.

Editor: Robby

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami