search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tiga Kali Ikut Tradisi Perang Pandan di Desa Tenganan, De Gadjah: Jaga Tradisi dan Budaya
Selasa, 25 Juni 2024, 18:59 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tiga Kali Ikut Tradisi Perang Pandan di Desa Tenganan, De Gadjah: Jaga Tradisi dan Budaya.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Untuk kesekian kalinya, Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya kembali datang ke Desa Adat Tenganan Dauh Tukad untuk ngayah dalam tradisi perang atau mageret pandan yang dilaksanakan pada hari ini, Selasa (25/6/2024).

Menariknya, pria yang akrab disapa De Gadjah itu juga mendapatkan kesempatan untuk ngayah perang pandan yang kebetulan bertepatan dengan hari otonanannya yang jatuh pada hari ini, Anggara Pon, Wuku Klawu.

"Ya hari ini otonan juga, momen yang spesial juga bagi saya. Tadi sebelum berangkat keluarga sangat mendukung agar saya ngayah dulu, setelah itu baru nanti melaksanakan otonan di rumah," ungkap pria bertubuh kekar itu.

Ia mengaku sedikitnya telah 3 kali datang untuk ngayah mageret pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad ini. Awal mula keikutsertaannya dalam tradisi Desa Tenganan itu dimulai dari keinginannya untuk ngayah dengan datang sendiri sekitar 3 tahun lalu. 

Kemudian tahun berikutnya, ia mendapat kehormatan diundang dan begitu juga hari ini, ia diminta hadir untuk turut serta ngayah dalam tradisi mageret pandan. 

Selain itu, lanjutnya, kegiatan ini sejalan dengan instruksi dari Ketua Umum Gerindra sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto dalam upaya menjaga dan melestarikan tradisi adat budaya Bali. 

Menurutnya, dengan terlibat langsung dalam tradisi ini, ia merasa memiliki ikatan emosional serta merasakan sensasi yang sangat luar biasa saat mengikuti tradisi yang dimaknai sebagai penghormatan kepada Dewa Indra tersebut. 

Sementara itu, Kelian Desa Adat Tengana Dauh Tukad, I Wayan Tisna mengatakan, tradisi mageret pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad memiliki maknanya sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang. 

Ia meyakini para pendahulu di desa tersebut adalah prajurit perang yang tangguh sehingga inilah yang menjadi sejarah dan erat kaitannya dengan penghormatan kepada dewa perang yaitu dewa indra. 

Terkait dengan hadirnya tokoh De Gadjah serta ikut juga ngayah Mekered Pandan, Tisna mengaku sangat mengapresasinya. Seperti yang disampaikan, tujuan lain di balik ngayah ini adalah pelestarian serta mendukung keberlangsungan dan menjaga tradisi yang ada di Desa Tenganan yang merupakan desa tua di Karangasem. 

"Saya sangat mengapresiasi kedatangan tokoh politik dan sosok sosial seperti beliau. Beliau setiap tahun hadir ngayah, tujuannya juga kami sangat apresiasi untuk mendukung dan menjaga tradisi yang ada," kata Tisna.

Di sisi lain, kehadiran tokoh untuk ngayah dalam tradisi mekered pandan dipandang cukup mendapatkan respons dari masyarakat. Mereka sangat antusias baik hanya untuk sekadar menyapa maupun berfoto dengan anggota DPRD Bali terpilih itu. 

"Mengingat sosok beliau ini merupakan figur yang selalu hadir di masyarakat, dan sehingga warga pun senang beliau hadir, tadi auranya juga luar biasa saya sampai ngeri-ngeri menonton," ungkap Ketua DPC Gerindra Karangasem, I Nyoman Suyasa yang juga hadir menyaksikan tradisi tersebut.

Editor: Robby

Reporter: Gerindra Bali



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami