search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Hamas Desak Perjanjian Gencatan Senjata, Tak Perlu Negosiasi Baru
Senin, 12 Agustus 2024, 10:59 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Hamas Desak Perjanjian Gencatan Senjata, Tak Perlu Negosiasi Baru

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kelompok militan Palestina, Hamas, meminta ke mediator Amerika Serikat, Mesir dan Qatar pada Minggu (11/8) menyediakan rencana gencatan senjata sesuai usulan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ketimbang menggelar acara negosiasi lagi.

Pekan lalu, para mediator meminta Israel dan Hamas bertemu pada 15 Agustus di Kairo atau Doha untuk finalisasi perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Israel mengatakan bakal mengirim perwakilannya ke pertemuan itu, tak lama setelah insiden pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran.

Sedangkan Hamas, yang menuduh Israel membunuh Haniyeh, menyatakan bakal mempelajari permintaan itu. Namun kini Hamas mengindikasikan tak perlu bernegosiasi lagi.

"Pergerakan kami meminta para mediator menyampaikan rencana mengimplementasikan apa yang sudah disepakati pada 2 Juli 2024, berdasarkan visi Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Hamas dalam pernyataannya, diberitakan Reuters.

"Para mediator harus memberlakukan ini pada pendudukan (Israel) alih-alih melanjutkan putaran negosiasi atau proposal baru yang akan memberi perlindungan bagi agresi pendudukan (Israel) dan memberi lebih banyak waktu melanjutkan genosida terhadap rakyat kami," tulis Hamas.

Biden pada 31 Mei mengungkap rencana gencatan senjata Israel dan Hamas yang terdiri dari tiga tahap.

Tahap pertama termasuk 'gencatan senjata sepenuhnya' selama enam pekan. Militer Israel menarik diri dari area berpenduduk di Gaza'.

Hamas akan membebaskan 'sejumlah' sandera yang ditangkap dalam serangan mereka ke Israel pada 7 Oktober, termasuk wanita, lansia dan orang cedera. Sandera yang sudah tewas juga akan dikembalikan.

Warga Palestina diizinkan kembali ke rumah di seluruh Gaza, termasuk di utara, yang telah hancur dihantam Israel berbulan-bulan.

Selama periode enam bulan ini Israel dan Hamas akan 'merundingkan pengaturan yang diperlukan untuk mencapai tahap kedua, yang merupakan akhir permanen bagi permusuhan'.

Biden mengatakan saat itu gencatan senjata bisa diperpanjang bila negosiasi berlanjut. Para mediator akan memastikan negosiasi ini terus berlanjut.

Tahap kedua juga berlangsung selama enam pekan. Pada masa ini militer Israel akan sepenuhnya mundur dari Gaza.

Hamas akan membebaskan 'semua sandera yang masih hidup', termasuk tentara pria Israel.

Biden mengatakan ketika itu jika kedua belah pihak menaati kesepakatan maka akan mengarah pada 'penghentian permusuhan secara permanen'.

Pada tahap ketiga atau terakhir berisi rencana rekonstruksi dan stabilisasi besar-besaran untuk Gaza yang didukung AS dan komunitas internasional. (sumber: cnnindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami