search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sebab Indonesia 'Di-skip' Musisi Asing Macam Coldplay dan Taylor Swift
Jumat, 30 Juni 2023, 15:19 WITA Follow
image

beritabali.com/english.jagran.com/Sebab Indonesia 'Di-skip' Musisi Asing Macam Coldplay dan Taylor Swift

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Para pencinta musik di Indonesia bertanya mengapa Coldplay dan Taylor Swift lebih memilih berlama-lama di Singapura dibanding mampir ke Jakarta yang penduduknya dua kali lipat dari negara itu.

Singapura mulai jadi sorotan setelah Coldplay mengumumkan akan menggelar konser di negara tersebut selama enam hari pada Januari 2024, terbanyak dibanding negara Asia Tenggara lainnya.

Sementara itu, Indonesia hanya kebagian satu hari pada 15 November 2023 dan menjadi satu dari empat negara di dunia yang hanya didatangi Coldplay satu hari untuk konser Music of the Spheres World Tour.

Pertanyaan makin menukik setelah Taylor Swift mengumumkan hanya akan menggelar konser The Eras Tour di Singapura, selama enam hari pula. Tak ada negara Asia Tenggara lainnya yang didatangi Swift.

Padahal, Jakarta adalah pendengar Taylor Swift terbanyak di dunia versi layanan streaming Spotify dengan 2,1 juta orang per bulan. Kemudian, Swift pun pernah ke Jakarta pada 2014.

Apa sebab Indonesia di-skip dua musisi besar ini?

"Menurut saya bukan hanya soal calo," kata akademisi manajemen pertunjukan musik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Yosia Revie Pongoh, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Ada banyak hal lain yang menjadi track record kita yang buruk dalam penyelenggaraan event, baik hiburan, olahraga, atau event lainnya, yang dengan mudah bisa dibaca di media ketika artis asing melakukan riset awal mengenai Indonesia dan kaitannya dengan penyelenggaraan event," lanjutnya.

"Mereka akan menemukan catatan-catatan permasalahan kita mengenai pengelolaan keramaian, mengenai calo, mengenai tendensi penonton kita seperti apa, termasuk kondisi sosial, politik, dan lingkungan di Indonesia," kata Revie.

Revie tak memungkiri Indonesia dengan populasi yang amat besar adalah sasaran bisnis yang strategis, termasuk bagi industri musik. Ia berkaca kepada pengalaman war ticket konser Coldplay di Jakarta yang melibatkan perputaran uang hingga ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Apalagi untuk persoalan venue, Indonesia juga memiliki sejumlah lokasi yang bisa digunakan sebagai lokasi konser besar dari mulai Stadion Utama GBK dan JIS di Jakarta, hingga Garuda Wisnu Kencana di Bali.

Namun Revie menilai, sejumlah musisi dunia bukan hanya melihat dari segi bisnis semata. Mereka juga menilai sebuah negara dan masyarakatnya dari soal lingkungan, sikap dan penerimaan terhadap mereka, hingga soal sosial seperti inklusivitas pada kelompok minoritas.

"Jika artis yang dimaksud di sini adalah artis-artis kelas dunia yang sudah mapan, tentu saja mereka tidak hanya mempertimbangkan kepentingan bisnis saja, tapi ada penilaian-penilaian yang didasarkan kepada hal-hal lain seperti yang disebutkan di atas," kata Revie.

"Yang sangat disayangkan, ada negara seperti Singapura yang lokasi geografinya tidak jauh dari Indonesia, tapi lebih friendly dan vibrant untuk melaksanakan konser. Hal ini melemahkan posisi Indonesia dari sudut pandang bisnis," lanjutnya.

Pernyataan Revie tersebut selaras dengan upaya Pemerintah Singapura yang jor-joran menjadikan negara tersebut sebagai destinasi tujuan hiburan, sebagai upaya pulih dari pandemi.

Pemerintah setempat bahkan mengambil alih kawasan Singapore Sports Hub, lokasi Singapore National Stadium, pada Desember 2022 agar bisa sejalan dengan ambisi menjadikan negara itu pusat tujuan pariwisata.

Setelah diambil alih, Kallang Alive Sport Management (KASM) diberikan tugas dan mereka secara aktif menyusun portofolio acara berskala besar untuk kawasan tersebut.

"Konser satu-satunya Taylor Swift di Singapura di luar Jepang adalah contoh kaliber acara yang kami targetkan untuk menambah penawaran kami kepada warga Singapura dan turis," kata Menteri Budaya, Komunitas, dan Pemuda Singapura, Edwin Tong.

Direktur Pengembangan Konsep Atraksi, Hiburan, dan Pariwisata Singapore Tourism Board, Ashlynn Loo, mengaku mereka bekerja sama dengan pihak promotor untuk memperkuat negara itu sebagai tujuan rekreasi dengan slogan 'only in Singapore'.

Loo menyebut mereka menjual posisi strategis Singapura, infrastruktur yang memadai, konektivitas dengan negara tetangga, dan rekam jejak dalam menggelar acara dengan standar tinggi.

"Aksi hiburan langsung kelas dunia ini pelengkap dari daftar penawaran kuat kami dan pengalaman unik yang melayani warga kami dan pengunjung dari segala usia dan minat," kata Loo, dikutip dari The Straits Times yang rilis Sabtu (24/6).

Efek kampanye ini pun mulai terasa, pihak Agoda Singapura melaporkan ada kenaikan pencarian hotel di negara tersebut hingga 8,7 kali lipat semenjak Coldplay mengumumkan bakal konser di Singapura.

Hal ini peluang emas bagi Singapura untuk mengeruk untung dari pelancong dan penonton konser. Apalagi, Coldplay dan Taylor Swift saja setidaknya akan mendatangkan 660 ribu penonton untuk Singapura.

Lintas lini

Terkait Indonesia yang tak seksi untuk tujuan konser musisi asing, Revie mengharapkan adanya kerja lintas lini yang melandasi terciptanya aturan atau regulasi khusus terkait penyelenggaraan konser musisi internasional.

"Sudah seharusnya ada koordinasi antarlembaga atau instansi yang terkait dengan regulasi artis asing untuk mengeluarkan aturan yang jelas," kata Revie.

"Mungkin juga perlu penyederhanaan birokrasi yang memudahkan artis asing untuk melakukan pertunjukan di sini," sambungnya.

"Karena kemudahan perizinan juga menjadi salah satu penilaian bagi manajemen artis asing ketika melakukan riset awal mengenai negara tujuan." kata Revie.

Gagasan merapikan koordinasi ini sebenarnya sudah pernah disebut Dewi Gontha selaku Ketua Bidang Program dan Investasi Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) pada tahun lalu.

Dewi kala itu menyatakan asosiasi akan menciptakan sebuah standar yang dapat digunakan oleh promotor musik dalam setiap penyelenggaraan.

Mereka akan menyusun tahapan pengurusan perizinan untuk menyelenggarakan pertunjukan musik hingga memantau prosedur operasi standar itu hingga diimplementasikan dengan baik.

Namun APMI tak jua memberikan respons saat dihubungi CNNIndonesia.com untuk hal tersebut hingga artikel ini ditayangkan, begitu pula dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Terlepas dari aturan dan standar soal konser kelas internasional yang masih di awang-awang, Revie menegaskan perlunya peran seluruh pihak agar Indonesia bisa dipandang dengan mata penuh oleh musisi dan promotor asing.

"Tidak bisa hanya pemerintah yang berupaya, harus didukung semua pihak termasuk promotor dan masyarakat untuk membangun citra negara kita sebagai tempat yang friendly and vibrant untuk mengadakan event," kata Revie.

Salah satunya adalah perihal calo. Calo yang memang ada di berbagai negara di dunia ini jadi catatan buruk dalam penyelenggaraan konser di Indonesia.

Seringkali, konser yang berstatus laris dan sold out justru sepi penonton atau banyak bangku kosong lantaran tiketnya diborong calo dan tak laku saat dijual kembali karena harga yang menggila.

"Praktik calo akan terus ada selama penonton masih membeli lewat calo. Ini memang bukan hal yang mudah untuk memberantas calo, karena penonton diperhadapkan dengan pilihan apakah harus rela kehilangan menonton artis yang digemari atau membeli dari calo," kata Revie.

"Dan ada masalah lain menyangkut teknologi pembelian tiket yang mudah ditembus oleh robot, hal ini belum bisa menjadi perhatian dari tiap promotor, karena selagi tiket laku terjual maka tujuan promotor tercapai," sambungnya.

"Ini memang masalah yang rumit di mana selain adanya aturan, diperlukan perubahan perilaku dari masyarakat," kata Revie.

"Oleh karena itu perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk sama-sama membangun citra yang baik tentang Indonesia dan sama-sama memperbaiki rekam jejak kita," ujarnya.

Sumber : CNN Indonesia
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami