Denpasar Tampilkan Kesenian Multikultur
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Keragaman antara budaya dan peninggalan sejarah menjadi materi duta Denpasar pada pawai PKB XXXIII, Sabtu (11/6) di depan Gedung Jaya Sabha Denpasar.
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar I Made Mudra ditemui disela-sela pawai Duta Denpasar mengatakan pada pawai PKB tahun ini duta Denpasar mengawali penampilannya dengan papan identitas Kota Denpasar yang diusung oleh sepasang rias madya.
Setelah itu disusul barisan prajurit dengan membawa atribut kebesaran sebuah kerajaan Denpasar dengan properti umbul-umbul, kober, dan tedung sebagai bentuk sajian. Dimana diceritakan ketika raja dan permaisuri hendak anjang sana melihat bagaimana kehidupan rakyatnya. Prosesi ini diiringi gambelan gong suling sekaa truna Widya Bhakti Banjar Pegok Sesetan.
Selain menampilkan tentang kebesaran peradaban sejarah kerajaan, duta Denpasar juga menampilkan sederetan truna-truni dengan busana adat dan busana perkembangan yang merupakan hasil binaan PKK Kota Denpasar.
Lambang Kota Denpasar juga ditampilkan yang disung dengan aksesoris maskot Kota berupa bunga jempiring diiringan gambelan gong Semarpegulingan dari Sekaa Gong Banjar Cerancam Kesiman.
Menurut Made Mudra Duta Denpasar pada PKB Tahun ini juga menampilkan kesenian multikultur, dimana sajian kesenian ini merupakan bagian dari cerita awal masuknya peradaban Cina ke Bali yang dikenal dengan cerita Dalem Balingkang.
Dalam prosesi ini ditampilkan barisan Cina yang merupakan inkulturasi budaya dan telah berakar di Denpasar sampai saat ini menjadi sungsungan Desa Renon.
Disamping itu ditampilkan pula sebuah kesenian yang populer dalam peradaban Cina dan telah menjadi bagian dari kesenian di Bali yang diaktualisasikan dalam bentuk Barong Ket, dan Barong Landung.
Selain itu juga ditampilkan ogoh-ogoh Catur Muka diiringani Gambelan Baleganjur yang dibawakan oleh sanggar Gazes Denpasar bersama Sanggar Sutami Banjar Ujung Kesiman.
Menurut Mudra Ogoh-ogoh Catur Muka merupakan ciri ketika kita memasuki Kota Denpasar. Patung ini memiliki makna yang sangat mendalam dilihat dari sejarah ketika perempatan tersebut masing dipajang jam lonceng yang merupakan peninggalan penjajahan Belanda. dan pada jaman itu disebut dengan perempatan lonceng.
Ketika penataan mulai dibuat dibangunlah sebuah patung catur muka dengan pemaknaan tempat tersebut merupakan catus pata utama serta merupakan poros dari keberadaan Kota Denpasar.
Reporter: bbn/net