Temukan Tri Hita Karana di Benua Kangguru
Senin, 2 November 2015,
10:30 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Belum lama ini, kartunis yang juga seniman seni rupa asal Kota Denpasar, Kadek Jango Pramartha bertolak ke Australia untuk mengikuti pameran bertajuk "Drawing Peace", yang terinspirasi dari konsep Tri Hita Karana. Hendak mengenalkan konsep Tri Hita Karana di Australia, Kadek justru mengaku menemukan Tri Hita Karana yang sebenarnya di Benua Kangguru.
Kadek Jango dan 2 seniman dari Bali dan Australia berkolaborasi dalam pameran serta kegiatan seni budaya bertajuk "Drawing Peace" di Perth, Australia, selama sebulan mulai 26 September hingga 27 Oktober 2015.
Menurut Jango, pameran "Drawing Peace" ini terinspirasi dari konsep `Tri Hita Karana` yang dimiliki Bali, yakni hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam atau lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Setiap seniman merespons konsep tersebut dengan caranya masing-masing.
Tiga seniman yang menampilkan karya tersebut adalah Made Wianta dan Kadek Jango Paramartha dari Bali serta Prof. Paul Trinidad dari Australia sekaligus juga menjadi kurator pameran.
"Sebelum berangkat (ke Australia), dengan bangga saya menyebut akan memperkenalkan konsep Tri Hita Karana di Australia lewat karya-karya yang dipamerkan. Tapi kalau mau jujur, di Australia lah saya menemukan (pelaksanaan) Tri Hita Karana yang sebenarnya," ujar Jango kepada beritabali.com, belum lama ini.
Tri Hita Karana, jelas Jango, di Benua Kangguru sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Manusia menghargai manusia, manusia sangat menjaga alam, dan hubungan manusia dengan sang pencipta juga sudah berjalan baik.
"Contohnya saya, ketika menjadi artist resident di Australia, saya diperlakukan dengan sangat baik oleh pihak yang mengundang. Warga di sana juga sangat baik memperlakukan saya selama berada di Australia. Kemudian tumbuhan dan hewan sangat dijaga dengan baik. Tidak ada tumbuhan yang ditebang apalagi dibakar dengan sembarangan. Binatang seperti burung gagak atau burung camar juga bebas berkeliaran di sekitar kita, tanpa ada yang mengganggu, menangkap, atau membunuh. Hubungan antara manusia dengan alam sekitar di sana sangat harmonis, sangat dijaga," ujar Jango.
Jango berharap konsep Tri Hita Karana di Bali juga bisa berjalan dengan sangat baik dalam prakteknya.
"Jangan hanya konsep saja, teori saja, gembar-gembor Tri Hita Karana, tapi pada prakteknya kita belum bisa mewujudkan keharmonisan seperti pada teori atau konsepnya. Kita harus jujur pada diri sendiri, kita belum menerapkan sepenuhnya konsep keharmonisan dalam Tri Hita Karana ini,"ujarnya. [bbn/psk]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/psk