Tahun Politik, Peran Media Online Penting dalam Tangkal Berita Hoax
Jumat, 24 November 2017,
06:05 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang semakin cepat dewasa ini, menuntut masyarakat lebih terbuka dalam menerima informasi. Dengan keterbukaan informasi ini, para pelaku media online harus lebih cermat, actual, dan netral dalam menyampaikan informasi ke masyarakat.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi publik yang digelar www.suaradewata.com bekerjasama dengan IWO Bali di di Istana Taman Jepun, Denpasar, Kamis (23/11/2017).
Dalam diskusi berthema “Peran IWO dalam Membangun Optimisme Masyarakat Melalui Pemberitaan dalam Menjaga Stabilitas Nasional di Tahun Politik,” dihadirkan empat orang narasumber yakni Nyoman Sutiawan (Ketua IWO Bali) I Made Sunarsa, SE (Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Bali), Dr. Luh Riniti Rahayu, M.Si (Ketua LSM Bali Sruti/Eks Komisioner KPU) serta I Made Sunarsa SE (Ketua KPI Bali).
Hadir sebagai peserta dalam diskusi tersebut yakni para wartawan yang ada di Bali, Mahasiswa, LSM dan masyarakat umum dengan jumlah peserta sekitar 50 orang.
Ketua IWO Bali, Nyoman Sutiawan dalam makalahnya mengatakan posisi media online dewasa ini sangat penting mengingat tahun politik merupakan tahun rawan munculnya berita-berita hoax di tengah masyarakat untuk kepentingan terntentu.
Untuk itu dia berharap wartawan media online menjadi garda terdepan dalam menangkal berita Hoax dan tetap pada relnya yakni menjaga independensi dan memberi pencerahan kepada rakyat karena pers adalah milik rakyat bukan milik kepentingan atau kelompok tertentu.
“IWO mengajak semua komponen bangsa harus bergandengan tangan untuk bersama-sama menangkal berita hoax. IWO harus menjadi rumah peradaban, menjaga netralitas serta memberikan kesejukan dan kedamaian masyarakat tentunya dengan membuat karya jurnalistik yang bertanggungjawab,” ucapnya.
Sementara itu, narasumber lainnya, Agus Astapa yang saat ini duduk komisioner Komisi Informasi Publik dan juga praktisi media mengungkapkan, media online bisa mengacu pada Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, Undang – undang Pers dan undang – undang Informasi dan transaksi elektronik (ITE). Jadi dalam pemberitaan ada 10 informasi yang tidak boleh diungkapkan ke publik.
“Jika informasi itu disampaikan ke publik, media akan berurusan dengan hukum. Tapi tetap masing –masing media memiliki agendanya sendiri, tidak pernah ada wartawan yang netral” ungkapnya.
Begitu juga dengan Dr. Riniti Rahayu mengungkapkan bahwa peran media online sangat penting dalam membentuk karakter masyarakat serta menjaga masyarakat dari “serangan” berita-berita hoax. Dia berharap IWO mampu mengambil peran dalam ikut mencerdaskan masyarakat serta menjaga ketahanan nasional.
“Dalam 10 tahun kedepan akan terjadi peralihan dari media cetak dan elektronik ke media online untuk itu IWO harus bisa mengawasi dan menjaga netralitas, salah satunya caranya dengan meningkatkan profisional wartawan dengan berbagai pelatihan,” bebernya.
Sementara Made Sunarsa mengatakan sebagai ketua KPI pihaknya siap membantu semua pihak termasuk IWO dalam menjaga netralitas dan stabilitas nasional. Salah satu caranya kata dia dengan membangkitkan nilai-nilai kemapanan dan optimisme bangsa melalui media penyiaran. “KPI hadir sebagai penyeimbang kontent-kontent negatif yang kini banyak beredar,” ucap Sunarsa.
Ketua panitia, Dewa Wirajaya mengatakan diskusi ini bagian dari proses partisipasi masyarakat terutama media online yang tergabung dalam Ikatan Wartawan Online (IWO) guna tetap menjaga netralitas serta menjaga profesionalisme dengan tetap mempublikasikan informasi-informasi yang bertanggungjawab terlebih akan memasuki tahun 2018 yang merupakan tahun politik.
"Kami berharap dari diskusi ini mampu melahirkan suatu kerangka pokok bagaimana menjaga imunitas masyarakat dalam mendapatkan informasi, serta menguatkan nafas jurnalistik dalam menjaga netralitas dalam berkarya,"ujarnya.[bbn/rls/psk]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: Diskominfo Buleleng