search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Inggris di Ambang Malapetaka Baru, Buntut Mogok Kerja Massal
Kamis, 22 Desember 2022, 12:13 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Inggris di Ambang Malapetaka Baru, Buntut Mogok Kerja Massal

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Layanan Kesehatan Nasional Inggris atau NHS mempersiapkan diri untuk menerima lonjakan pasien ke fasilitas kesehatan hingga hari Natal. Hal ini terjadi setelah ribuan warga menunda pengobatan selama pemogokan pekerja ambulans pada hari Rabu, (21/12/2022).

Ribuan pekerja ambulans, paramedis, dan lainnya di Inggris dan Wales mogok pada hari Rabu. Ini membuat NHS tidak dapat menanggapi banyak panggilan 999. Delapan dari 10 perwalian ambulans di Inggris menyatakan 'insiden darurat' karena tekanan pada sumber daya.

Kepala rumah sakit memuji masyarakat karena mengindahkan saran NHS untuk menghindari aktivitas berisiko. Mereka dilaporkan hanya menelepon 999 hanya jika terjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa.

Namun, sejumlah dokter menyuarakan keprihatinan bahwa ketidakhadiran ambulans dapat menyebabkan kondisi pasien memburuk. Contohnya seperti warga yang tidak menghubungi layanan kesehatan ketika Covid-19 menyerang sehingga menyebabkan pasien dirugikan dan bahkan meninggal.

"Kami memiliki kecemasan tentang orang-orang yang tidak mencari bantuan ketika seharusnya. Kami melihat ini dalam penguncian," kata Adrian Boyle, Presiden Royal College of Emergency Medicine kepada The Guardian.

"Kami sangat prihatin dengan efek pantulan, yang berarti keadaan bisa jauh lebih buruk di masa mendatang."

Kepala NHS mengatakan kepada The Guardian bahwa rumah sakit bisa menjadi lebih sibuk dan lebih penuh dari biasanya selama Natal, ketika biasanya hanya ada sedikit staf yang bertugas, dengan pasien yang terjebak di rumah sakit selama sebagian besar periode perayaan.

"Setelah pemogokan berakhir, kami akan meminta kru [ambulans] menjemput orang-orang yang sudah lama berada di rumah, ditambah orang-orang yang tidak mencoba masuk pada hari Rabu karena mereka tahu tentang pemogokan," kata kepala eksekutif salah satu rumah sakit penyakit akut.

"Kami pikir kami akan melihat lebih banyak orang datang pada hari Kamis dan Jumat, menjelang akhir pekan Natal, dan dengan sedikit harapan untuk membawa orang pulang jika mereka membutuhkan dukungan dari kepedulian sosial atau komunitas. Dan kemudian kita memasuki Natal dan Tahun Baru, saat tidak banyak yang bergerak."

Saffron Cordery, penjabat kepala eksekutif Penyedia NHS, mengatakan rumah sakit menghadapi tumpukan operasi dan menunda janji klinik karena pemogokan ambulans.

"Ada kekhawatiran khusus tentang pasien yang mungkin menunda mencari perawatan, dan yang kondisinya memburuk, sekarang datang untuk pengobatan," imbuhnya.

Sementara itu, peringatan itu datang di tengah tanda-tanda bahwa para perawat dan bidan di Skotlandia telah menolak kenaikan gaji 7,5 persen. Ini ditakutkan dapat kembali memicu aksi pemogokan di seluruh negeri.

"Setelah itu, pemerintah tidak akan berkedip. Mereka berpikir, 'Baiklah, jika mereka menolak 7,5 persen di Skotlandia maka mereka akan menolak apapun yang akan kami tawarkan kepada mereka," kata sumber yang akrab dengan pemikiran menteri.

Namun, mantan sekretaris kesehatan Inggris Stephen Dorrell mengatakan hal ini justru merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Pasalnya, inflasi di Inggris telah menyentuh level 11 persen.

"Pemerintah telah memainkan kartunya dengan sangat buruk. Satu hal yang seharusnya mereka coba lakukan adalah menghindari mengambil seluruh sektor publik sekaligus," ujar politisi Partai Demokrat Liberal itu.(sumber: cnbcindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami