search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tetralogi Laskar Pelangi "Maryamah Karpov"
Jumat, 17 Oktober 2008, 20:14 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Buku ‘Maryamah Karpov’ yang merupakan buku ke-4 sekaligus tetralogi terakhir dari ‘Laskar Pelangi’ karya Andrea Hirata akan diluncurkan akhir Nopember mendatang. Kisah yang termuat di dalamnya lebih banyak bercerita tentang perempuan-perempuan Melayu dan budaya patriarki dalam masyarakat Melayu, dan juga mengenai sosiologi masyarakat Melayu.



“Kisah dalam buku ini terfokus pada seorang perempuan bernama Maryamah yang kemudian dijuluki Karpov karena kepiawaiannya bermain catur. Dan inilah kisah penutup dari rangkaian seluruh kisah Laskar Pelangi,” papar Andrea Hirata pada jumpa pers menjelang soft launch buku Maryamah Karpov, di Ubud, Gianyar, Jumat (17/10).

Andrea mengakui ide tetralogi ini muncul belakangan. Sejak awal hanya menulis buku dan bukan direncanankan untuk diterbitkan. Namun karena banyak respon positif dari masyarakat, akhirnya terinisiatif untuk menggambarkan sosiologi masyarakat Melayu yang lebih lengkap yang tak bisa hanya dengan satu buku Laskar Pelangi.



“Ending dalam buku ini menutup semua kisah Maryamah Karpov dalam Laskar Pelangi. Dikisahkan bagaimana karakter itu berakhir satu per satu, dan bagaimana tokoh tokoh yang ada di awal Laskar Pelangi digambarkan, misalnya yang ini akhirnya jadi apa. Jadi terjawab semua,” papar Andrea yang menyebutkan tebal buku ini lebih dari 600 halaman, lebih tebal dari Laskar Pelangi.



Andrea mengakui, kisah dalam buku yang diawali Laskar Pelangi itu adalah sebuah memoar. Peristiwanya sendiri sudah berlangsung belasan tahun dan terus tercatat dalam otak seorang Andrea Hirata. Dan itu ditulisnya dalam tiga tahun terakhir sebagai ungkapan terima kasih kepada gurunya dulu. Namun dia tulis dalam waktu tiga minggu.

“Saya menulis dari pukul 22.00 sampai pukul 04.00, semua tulisannya mengalir. Semakin tak mengerti, saya merasa semakin nikmat menulis novel,” ujar Andrea yang mengaku sangat butuh dibantu seorang editing dalam proses penyelesaian karyanya. (sss)

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami