Sukrawan Sebut Buleleng Sebagai Kota Pendidikan Kebobolan di Rumah Sendiri
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Pasalnya sebagai daerah yang dijuluki sebagai kota pendidikan dan mencetak ribuan calon guru setiap tahunnya, ditemukan ada 363 siswa SMP yang belum mampu membaca dan menulis.
"Kok bisa seperti ini. Sebagai orang Buleleng saya malu, banyak anak didik kita yang belum mampu membaca dan menulis," ucap Sukrawan saat ditemui BeritaBali.com, Rabu (16/4).
Mantan Ketua DPRD Buleleng periode 2009–2014 ini menduga ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, di era saat ini sekolah jarang melatih siswanya untuk menulis. Kedua, sekolah terkesan membiarkan peserta didik yang tidak mampu membaca dan menulis, dengan tetap meluluskan nya ke tingkat selanjutnya.
"Ada sebuah pembiaran antara sekolah di tingkat SD, SMP dan seterusnya. Mereka meluluskan semuanya anak-anaknya. Harusnya kalau memang tidak bisa Calistung (baca, menulis dan menghitung) jangan diluluskan atau naik kelas. Harus belajar lagi, karena Calistung itu pengetahuan dasar," jelasnya.
Sukrawan pun mendorong Bupati, DPRD hingga Disdikpora Buleleng untuk mengevaluasi sekolah agar tidak mudah meluluskan siswanya. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar, sehingga Buleleng mampu mencetak SDM berkualitas.
"Ini tidak boleh terjadi. Kalau dibiarkan terus, Indonesia emas semakin jauh dari harapan. Bagaimana Buleleng mau maju, kalau sumber daya yang kita cetak empret-empretan begini. Jangan mimpi Buleleng bisa maju, kalau SDMnya rendah begini. Ini tanggung jawab pemerintah, harus ada gebrakan untuk masyarakat dalam satu tahun ke depan," tegasnya.
Lalu bagaimana dengan kinerja guru? Sukrawan menyebut, negara sudah memberikan perhatian baik kepada guru lewat pemberian sertifikasi, tunjangan, hingga libur panjang. Untuk itu ia berharap guru lebih mematangkan kinerjanya, dan bertanggung jawab penuh dalam mendidik siswanya.
Mengingat orangtua, sebut Sukrawan, telah menyerahkan anak-anaknya ke sekolah untuk mengenyam pendidikan. Sementara orangtua bertugas memenuhi kewajiban seperti membayar iuran hingga membeli buku pelajaran.
"Belajar calistung itu tanggung jawab guru. Kalau orangtua yang mengajarkan, lebih baik jangan sekolah. Sudah di rumah saja belajarnya, kan begitu. Kalau disebut sekarang kurang guru, jaman kita dulu juga kekurangan guru. Tapi tidak ada yang tidak bisa baca tulis sampai di tingkat SMP karena tanggung jawab guru kepada anak didiknya tinggi," ungkapnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/rat