search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Made Wianta Gelar Pameran Puisi Rupa
Sabtu, 28 Agustus 2010, 07:02 WITA Follow
image

image.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Perupa Made Wianta menggelar pameran karya puisi rupa bertajuk MindMap, di IndoAsia Gallery, BaliWood Art & Culture Centre, Sayan, Ubud yang akan dibuka Sabtu, 28 Agustus 2010 pukul 18.00 wita. Pameran ini akan berlangsung hingga 11 Oktober 2010.Dalam pameran ini Wianta memerkan sebanyak 100 karya puisi rupa atau karya-karya seni rupa Wianta yang dikombinasi dengan puisi atau sebaliknya, merupakan karya terbaru yang diseleksi dari dokumentasi setahun terakhir. 

Wianta yang dikenal sebagai perupa gaya abstrak ini memiliki beberapa periode kekaryaan seperti periode Karangasem, titik-titik, segiempat, segitiga, assembling, kaligrafi, instalasi, dan puisi rupa.Puisi rupa merupakan salah satu cara merespons suatu situasi atau kondisi secara cepat, spontan, dan sangat membebaskan, kata Wianta di sela-sela persiapan di studionya di kawasan Tanjungbungkak, Denpasar, Jumat (27/8).

Gagasan pameran MindMap berawal dari bincang-bincang seorang kurator asal Italia, Gaia Rosenberg Colorni dengan ibunya Meriem K. Peillet saat melakukan kolaborasi bersama Wianta.

Ketika itu mereka terlibat dalam suatu proyek seni rupa yang mereka sebut body poetry. Wianta yang pernah melakukan body painting di atas tubuh novelis dan artis Djenar Mahesa Ayu beberapa waktu silam, kini menulis puisi di sekujur tubuh Meriem.

Body Poetry Mini Art Project ini didokumentasi oleh Gaia sekaligus dibuatkan video art. Tubuh Meriem yang juga pengelola IndoAsia Gallery itu layaknya sebuah buku, lembar demi lembar, halaman demi halaman ditulisi dengan spidol baris demi baris, bait demi bait, puisi ala Wianta.

Untuk memudahkan Wianta menulis di lekuk tubuhnya, Meriem melakukan gerakan-gerakan ala Yoga yang digambarkan Gaia sebagai narasi puitik tubuh.Dokumentasi dan video art ini rencananya akan diikutkan dalam sebuah festival seni di Eropa.Meriem sebagai pengelola galeri berharap karya yang lahir dari kecerdasan emosi seorang seniman dapat memberikan pencerahan bagi penikmatnya.

Seni itu membebaskan, seni itu mencerahkan, maka kami tak henti menyajikan karya-karya seni berkualitas untuk meningkatkan kecerdasan hidup kita, kata Meriem.Puisi merupakan entitas tersendiri yang dilakoni Wianta di sela-sela waktu luang, juga pada waktu-waktu tertentu yang sangat sempit dan mendesak.

Sejak 1979 dia menuliskan puisi di sembarang media seperti karcis bioskop, tiket pesawat, sobekan majalah, kertas tisu, pembungkus rokok hingga sandal jepit.Beberapa di antaranya terhimpun dalam tiga buku puisi yakni Korek Api Membakar Almari Es (1996), 2 Menit (2000), dan Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York (2003).Sedangkan pameran puisi rupa pernah digelar di Pusat Kebudayaan Prancis Surabaya dan Bentara Budaya Yogyakarta (2002).

 

Dia juga pernah memamerkan puisi berjudul We Are (1997) ditulis di atas karton 400 x 450 cm dikerjakan selama tiga bulan di sebuah kastil kuno di Eropa.

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami