Narapidana Asing Bikin Repot Petugas Lapas
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Dibanding napi warga Indonesia, mengurus narapidana warga negara asing jauh lebih repot. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi para napi warga negara asing tersebut.
Hal ini disampaikan Kepala Lapas Kelas IIA Kerobokan Denpasar, Gusti Ngurah Wiratna, di Denpasar (13/5/2013).
Wiratna mencontohkan napi yang sering membuat repot adalah ratu mariyuana, Schapelle Leigh Corby, terpidana 20 tahun asal Australia.
"Diantara semua napi warga negara asing, Corby ini yang agak susah diatur, rewel, sukanya ekslusif, tidak mau berbaur dengan napi lain. Dia juga sering tidak ikut kegiatan di dalam Lapas dengan berbagai alasan," ujar Wiratna.
Napi lain yang cukup membuat repot pihak Lapas saat ini adalah Lindsay Sandiford, warga negara Inggris, yang dijatuhi hukuman mati di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali, pada 22 Januari 2013.
"Kalau dengan Lindsay Sandiford ini kita butuh perhatian ekstra karena yang bersangkutan kini depresi berat setelah tahu dirinya divonis mati. Dia sering tidak mau makan dan murung di dalam sel nya. Untuk Lindsay kita beri perhatian ekstra agar dia tidak melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti bunuh diri,"ujar Wiratna.
Sebelumnya, napi kasus 'Bali Nine' warga Australia, Myuran Sukumaran, juga kerap membuat repot petugas Lapas Kerobokan. Myuran dikenal memiliki temperamen tinggi.
"Myuran pernah mengamuk dengan memukul dinding lapas yang terbuat dari kayu. Kepala pengamanan lapas waktu itu sudah terpancing, namun saya ingatkan agar jangan bertindak konyol melakukan kekerasan terhadap napi. Apalagi ini napi warga asing, bisa repot kita nanti,"ujarnya.
Setelah melakukan komunikasi yang intensif, Myuran Sukumaran yang dulunya emosional kini sudah mulai bisa mengendalikan emosinya.
"Myuran bahkan sudah datang ke saya dan meminta maaf atas perbuatannya dulu,"ujar Wiratna.
Namun tak semua napi warga asing bikin repot petugas Lapas Kerobokan. Napi kasus 'Bali Nine' lainnya yang juga warga Australia, Matthew James Norman, lebih kooperatif dan tidak bertingkah macam-macam di dalam Lapas.
"Si Matthew ini bahkan sudah seperti orang kita (Indonesia), pakai bahasa kita dan juga senang makan makanan khas Indonesia seperti nasi goreng. Pokoknya Matthew ini enak orangnya,"ujar Wiratna.
Masalah lain yang dihadapi Wiratna dari napi asing ini adalah saat para napi asing ini mengaku tidak percaya tuhan dan tidak beragama.
"Saya sih tidak terlalu mempersoalkan keyakinannya, tapi saat ada remisi khusus pada hari besar agama, saya harus memberikan remisi hari raya yang mana?," ujarnya.
Meski sering direpotkan dengan berbagai ulah para napi,namun Wiratna mengaku tetap sabar dan mengutamakan komunikasi yang baik dengan para napi tersebut. Terbukti dengan adanya komunikasi yang baik, para napi asing yang dulunya sering berulah, kini sudah bisa diajak bekerjasama menjaga kondisi Lapas agar tetap kondusif.
Lapas Kerobokan Bali kini dihuni lebih dari seribu orang napi dan tahanan. Jumlah ini sudah over kapasitas karena daya tampung Lapas terbesar di Bali ini hanya sekitar 700 orang napi. Tak hanya over kapasitas, jumlah petugas di Lapas ini juga jauh dari kata ideal atau masih kekurangan petugas.
Reporter: bbn/net