search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jakarta Menggertak, Canberra Melunak
Kamis, 21 November 2013, 19:53 WITA Follow
image

inilah.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Beritabali.com, Jakarta. Gertakan dari Jakarta dalam kasus penyadapan sejumlah petinggi Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh Australia membuat Perdana Menteri Tony Abbott melunak.

Melunaknya sikap Abbott mulai ditunjukkan setelah Presiden SBY Rabu (21/11/2013) menyampaikan sikapnya secara resmi, dan menyinggung mengenai kuatnya hubungan di antara Indonesia dan Australia. Presiden SBY secara dramatis menaikkan tensi tekanan terhadap Negeri Kanguru dengan memerintahkan penghentian latihan bersama dengan Tentara Australia di Darwin.

Presiden SBY menuntut tiga hal dari Negeri Kanguru, yaitu adanya penjelasan resmi dan tanggung jawab Australia terhadap isu penyadapan ini serta peninjauan di beberapa area kerjasama. Presiden SBY juga meminta kepada rakyat Indonesia baik itu karyawan, diplomat atau mahasiswa agar tetap tenang dalam menghadapi isu penyadapan ini. Dia mengaku Pemerintah Indonesia harus mengatasi permasalahan ini secara rasional.

Ditambah gempuran media, sikap Perdana Menteri Australia Tony Abbott melunak juga. Di hadapan sidang Parlemen kemarin, Abbott menyatakan penyesalannya atas rasa malu yang dihadapi Presiden SBY gara-gara pemberitaan media soal aksi spionase Badan Intelijen Australia (DSD).

Harian Sydney Morning Herald (SMH), melansir Abbott berjanji akan segera menyelesaikan isu penyadapan ini. Abbott kembali menyampaikan komitmennya untuk terus menjaga hubungan erat dengan Indonesia, karena hal itu demi kepentingan kedua negara.

Pengamat hubungan internasional Universitas Diponegoro Semarang Dr. Rr. Hermini menyarankan, pemerintah saat ini perlu menguatkan teknologi untuk mencegah terjadinya insiden penyadapan serupa terulang kembali, daripada "persona non grata". Ia mengingatkan pemerintah RI untuk tidak gegabah menyikapi soal penyadapan oleh negara lain.

Dengan melunaknya Canberra dan sikap rasional Jakarta, hanya soal waktu, isu penyadapan ini akan berlalu. Gertakan Jakarta itu sebagai koreksi atas arogansi Abott dan Australia.

Bagaimanapun, RI adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan menjadi jangkar stabilitas di Asia. Australia harus bercermin diri dan melihat punggungnya sendiri agar tidak lagi menonjolkan arogansi. Canberra harus sadar bahwa di Jakarta masih berlaku pepatah Betawi, ‘lu jual, ane beli’. [bbn/inilah.com/berbagai sumber]

 

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami