search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Wayan Candra Nonton Bareng Film Bung Karno
Jumat, 13 Desember 2013, 20:24 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pemutaran perdana film layar lebar ‘Soekarno’ di Bali mendapat apresiasi dari politisi PDIP, I Wayan Candra. Mantan Bupati Klungkung dua periode ini, Jumat (13/12) sore mengajak puluhan mahasiswa, siswa SMP dan SMA dari Klungkung, dosen, pemuda, simpatisan PDIP dari sejumlah daerah, dan media untuk nonton bareng (nobar) film perjuangan itu di studio 21 Mal Bali Galeria, Kuta, Badung. Candra juga mengajak para Jegeg Bagus Klungkung.

Candra yang juga mantan Ketua Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) saat PDI pimpinan Megawati diberangus rezim Orde Baru ini, berbaur dengan masyarakat yang berbondong-bondong datang ke bioskop. Candra datang didampingi putranya, Maha Dwija Santya yang juga pengurus KONI Klungkung.

Film kisah perjuangan Bung Karno ini diputar perdana secara serempak di kota-kota besar di Indonesia. Film ini bercerita tentang perjalanan Bung Karno sejak kecil hingga perlawanannya terhadap penjajahan Belanda dan Jepang.

Dulunya bernama Kusno. Tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh bapaknya nama Kusno diganti dengan Soekarno yang kemudian akrab dipanggil Bung Karno. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya Adipati Karno. Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun, Bung Karnoberhasil mengguncang podium, berteriak ‘Kita Harus Merdeka Sekarang!!!’

Akibatnya dia harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak seperti komunis. Tapi keberanian Bung Karno tidak pernah padam. Dia makin menggugat. Pledoinya yang sangat terkenal ‘Indonesia Menggugat’menghantarkan dia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.

Di kota itu, Bung Karno istirahat sejenak dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal saat itu Bung Karno masih menjadi suami Inggit Garnasih. Inggit harus rela melihat sang suami tercinta jatuh cinta dengan Fatmawati, yang tak lain ibu dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri.

Di tengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang memulai peperangan Asia Timur Raya. Berahi politik Bung Karno kembali menguat. Belanda takluk oleh Jepang. Sesuatu yang dulu dianggap raksasa bagi Bung Karno, kini lenyap. Kemerdekaan Indonesia seolah diambang mata.

Sementara itu Hatta dan Sjahrir, rival politik Bung Karno di masa muda mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda. Tapi Bung Karno punya sudut pandang berbeda. Bung Karno malah memanfaatkan kekuatan Jepang untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Hatta terpengaruh. Tapi Sjahrir tidak. Bekerjasama dengan Jepang sama saja memposisikan Indonesia menjadi bagian dari fasisme, musuh Amerika-Inggris-Australia. Soekarno tidak peduli. Dia yakin dengan pilihannya: bekerjasama dengan Jepang untuk Indonesia merdeka. Bersama Hatta, Soekarno berupaya mewujudkan cita-citanya
Indonesia merdeka.

Bung Karno selalu tergiang wejangan Cokroaminoto diatas kereta kuda, 'manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu'. Wejangan itu selalu dipegang Soekarno untuk mewujudkan mimpinya: Indonesia Merdeka!

“Banyak hal yang bisa diteladani dari kisah hidup Bung Karno ini,” ujar Candra usai nobar.

Menurut Candra, semangat pergerakan dan perjuangan Bung Karno di masa penjajahan, bisa dijadikan teladan bagi bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. “Nilai-nilai marhaenisme, kerakyatan, solidaritas dan nasionalisme dari Bung Karno, sangat penting untuk kita teladani. Mudah-mudahan muncul Soekarno-soekarno baru dari generasi saat ini,” ujar owner Candra Grup ini.

“Saya sangat terkesan dengan kisah Bung Karno ini. Semangatnya bisa kita contoh, tak kenal lelah memperjuangkan kemerdekaan. Trimakasih kepada Pak Candra yang telah memberi kesempatan nonton film ini,” ujar Gede, pemuda asal Nusa Penida yang ikut nobar.

Pun dengan Jegeg Tribuana Akadewi Sudjana, siswi SMA yang turut nobar, tergugah untuk menyerap nilai-nilai perjuangan Bung Karno. Baginya, Bung Karno sangat jenius karena sudah bisa berbahasa asing saat muda. Padahal, saat itu pendidikan masih sangat dibatasi oleh penjajah.

"Semangatnya untuk menjadi yang terbaik bagi bangsa sangat luar biasa. Sampai belajar pidato di kamar, diintip oleh teman-temannya gara-gara benci sama penjajah," ujar siswi SMAN 1 Denpasar ini.[bbn]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami