search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Saya Berjuang Sendiri, Tidak Bergantung Pada Pemerintah
Sabtu, 23 Januari 2016, 06:00 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Wayan Sumardana tak pernah terpikirkan ataupun bermimpi sebelumnya dalam benaknya ia bisa berubah menjadi manusia robot seperti saat ini. 
 
Sumardana sebelumnya merupakan pria normal namun kini tangan kirinya harus digerakkan oleh sebuah alat yang dirakitnya sendiri. Awalnya, tak ada masalah pada kedua tangannya, sebelum akhirnya musibah memilukan itu menimpa dirinya sekitar enam bulan lalu.
 
Sumardana sendiri tak tahu persis penyakit apa yang menyebabkan tangan kirinya tak bisa digerakkan. Secara medis, Sumardana tak pernah mendapat penjelasan penyebab tangan kirinya mengalami kelumpuhan
 
"Secara medis diperiksa normal. Darah saya pernah diambil 15 cc untuk dicek di laboratorium. Hasilnya normal," ucap Sumardana, di Karangasem, Jumat (22/1/2016).
 
Kala itu, dokter menyebut jika tangan kirinya mengalami masalah pada bagian saraf. Ia akhirnya diberi obat perangsang saraf, namun asilnya nihil dan tetap saja tangan kirinya tak bisa melakukan aktivitas apapun. 
 
"Saya kembali memeriksakan diri ke dokter lagi. Diagnosa dokter adalah tersumbatnya aliran darah dan saya diberi obat agar aliran darahnya lancar. Sayang, hasilnya tetap saja nihil dan tetap saja tangan saya yang kiri tidak bisa digerakkan," tuturnya.
 
Akhirnya, Sumardana beralih pengobatan dengan mendatangi dukun. Bahkan, terhitung enam kali ia berobat ke paranormal. Namun, tetap tak membuahkan hasil sehingga dirinya sempat putus asa. 
 
"Saya sempat putus asa, trauma. Berobat ke sana ke mari tidak ada perubahan. Saya akhirnya tidak bisa bekerja. Anak saya kalau sekolah tidak bawa uang jajan," ceritanya sedih.
 
Bapak tiga anak ini lalu tak mau larut dalam kesedihan dan mencoba bangkit. Sumardana lantas berpikir keras agar tangan kirinya kembali bisa digerakkan. Dengan begitu, dirinya bisa kembali mencari rezeki untuk menafkahi keluarganya.
 
"Saya kemudian merancang sebuah alat dari bahan bekas. Idenya datang sendiri karena saya ingin tangan saya bisa bergerak lagi. Semua bahan-bahan ini 90 persen rongsokan," urainya.
 
Dengan berbekal ilmu yang dipelajarinya di sebuah SMK di Denpasar, Sumardana lalu mencoba mengaplikasikan disiplin ilmunya. Dan sisanya, ia pelajari dari internet untuk merakit barang-barang yang diharapkannya mampu kembali menggerakkan tangan kirinya. 
Setelah semua teori terkumpul, selanjutnya Sumardana mencari alat-alat yang dibutuhkan. Namun lacur, ia keterbatasan biaya sehingga ia lalu memutar otak dengan mengumpulkan barang rongsokan yang selama ini disimpannya. Pasalnya, selain sebagai tukang las, pria kelahiran 1984 ini juga pengepul barang-barang bekas.
 
"Dinamo, komputer, besi yang saya rakit ini semuanya rongsokan. Saya merakit sendiri alat tersebut. Bahkan sudah lima kali ia bereksperimen dan mengalami kegagalan. Ternyata dibutuhkan alat sensor otak yang sulit dicari di Indonesia," ungkapnya.
 
Tak mau patah semangat, ia pun memesan salah satu alat secara online. Bahkan, tak tanggung-tanggung, ia membeli dari Amerika Serikat seharga Rp 4,7 juta. Begitu alat tersebut dipasang, alat bantu yang dirakit sendiri oleh Sumardana itu akhirnya bisa bekerja maksimal.
 
"Sekarang saya senang karena tangan saya sudah bisa bekerja normal lagi. Anak saya kalau ke sekolah sekarang sudah bawa uang jajan," paparnya. 
 
Sumardana menyayangkan jika selama ini dirinya tak ada bantuan apapun dari pemerintah untuknya. Beruntung, Sumardana kini sudah kembali bekerja normal. Bahkan, order las dan pembuatan bahan-bahan dari besi mengalir deras untuknya. 
 
Hebatnya, tangan kirinya sudah bisa kembali digunakan untuk membantunya bekerja. Kendati begitu, hampir separuh badan Sumardana dipenuhi oleh alat elektronik dengan sambungan kabel. Ia pun layaknya manusia robot seperti tergambar dalam film animasi. 
 
 
"Pemerintah memang begitu, cuek. Dari dulu tidak ada bantuan untuk saya. Baru ada Komisi I DPRD Karangasem datang ke sini. Ya, cuma lihat-lihat saja, biar terekspose kalau dia sudah bekerja," tandasnya.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami