Kreatifitas Barong dari Koran Bekas dan Kraras
Jumat, 15 Juni 2018,
13:35 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Ide kreatif seniman muda Bali memang tidak ada habisnya, pasti selalu ada saja inovasi baru untuk melahirkan karya-karya yang unik dan berkualitas. Seperti yang dilakukan oleh salah satu seniman muda Bali yaitu I Komang Marjana.
[pilihan-redaksi]
Dengan sentuhan tangan seniman asal Kesiman ini, ia mampu mengubah koran bekas dan daun pisang kering menjadi karya-karya yang estetik dan memukau. Baru–baru ini seniman yang akrab disapa Cedut ini membuat barong yang berhasil menyita perhatian warga Bali khususnya warga Denpasar.
Dengan sentuhan tangan seniman asal Kesiman ini, ia mampu mengubah koran bekas dan daun pisang kering menjadi karya-karya yang estetik dan memukau. Baru–baru ini seniman yang akrab disapa Cedut ini membuat barong yang berhasil menyita perhatian warga Bali khususnya warga Denpasar.
Barong merupakan bentuk kesenian Bali yang menggunakan simbol menyerupai singa dengan berbahan unik seperti koran dan kraras (daun pisang kering). Barong memiliki 2 fungsi yaitu barong sakral dan barong untuk dipentaskan.
“Di sini saya ingin sedikit mengangkat barong yang untuk pementasan, agar mereka tau barong tidak hanya terbuat dari bulu parasok saja tapi bisa dari memanfaatkan barang bekas seperti Koran atau daun pisang kering,” ujar komang.
Baginya, masing-masing barong tersebut memiliki makna tersendiri. Kraras (daun pisang kering) sebagai bahan dasar barong, menyimbolkan daur ulang bahan alam yang sejatinya bisa dimanfaatkan menjadi benda seni.
“Untuk barong bahan koran bekas sebagai bahan yang dapat didaur ulang, menunjukan daya kreatif seniman dalam memanfaatkan benda di sekitarnya dan juga dapat membantu pemerintah mengurangi volume sampah. Karena kita tahu bahwa sampah merupakan masalah serius bagi warga Bali” imbuh Komang.
Menurut almuni SMK PGRI 1 Denpasar ini, dalam proses pembuatan barong ini ia membutuhkan waktu 3 bulan. Itu dikarenakan pagi hingga sore ia bekerja dan hanya bisa mengerjakannya dimalam hari. Dalam proses pembuatan tentu Komang mempunyai kesulitan.
“Kesulitannya cuma paling diproses mengikat saja, karena kan saya membuat karya ini sendiri jadi sulit jika mengikatnya sendiri”, jelas remaja yang juga merupakan salah satu anggota tim kreatif di Sanggar Penggak Men Mersi.
[pilihan-redaksi2]
Kecintaan Komang terhadap kesenian Bali bermula dari mengalirnya darah seni mendiang kumpinya yang juga merupakan seorang seniman. ”Dari SD saya sangat suka menggambar barong, dan dari sana saya termotivasi untuk mengabadikan barong dalam bentuk tiga dimensi”, ujar remaja berumur 21 tahun tersebut.
Kecintaan Komang terhadap kesenian Bali bermula dari mengalirnya darah seni mendiang kumpinya yang juga merupakan seorang seniman. ”Dari SD saya sangat suka menggambar barong, dan dari sana saya termotivasi untuk mengabadikan barong dalam bentuk tiga dimensi”, ujar remaja berumur 21 tahun tersebut.
Selain membuat barong, ia juga menerima pesanan membuat penjor costum, dan beragam jenis tapel (topeng) lainnya.
“Harapan saya dengan karya yang saya buat semoga dapat memotivasi para pemuda lainnya agar tidak malu melestarikan seni dan budaya Bali, karena kalau bukan kita siapa lagi” tegas Marjana. (bbn/FisipUnud/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls