Sekaa Arja Candra Asta Swari Usung Cerita Asal Mula Sanur
Kamis, 5 Juli 2018,
15:35 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Parade Arja pada Rabu (4/7) di Kalangan Ayodya, Art Centre menampilkan Sekaa Arja Candra Asta Swari Desa Pakrman Panjer, Densel sebagai Duta Kota Denpasar yang mengusung cerita asal mula tempat pertama kali terbitnya matahari Sah Nur atau Sanur.
[pilihan-redaksi]
Sah Nur berkisah mengenai keturunan Dukuh Jumpungan yaitu Pangeran Renggan yang beristrikan Ni Merahim bertempat tinggal di Gunung Kila dan melahirkan dua orang anak yaitu I Gede Maca dan Ni Tole. I Gede Maca terkenal dengan ketampanan serta kepintaran membutanya disegani. Ketekunannya mencari jati diri mendapatkan sebuah petunjuk untuk mencari sumber cahaya untuk menerangi kehidupannya.
Sah Nur berkisah mengenai keturunan Dukuh Jumpungan yaitu Pangeran Renggan yang beristrikan Ni Merahim bertempat tinggal di Gunung Kila dan melahirkan dua orang anak yaitu I Gede Maca dan Ni Tole. I Gede Maca terkenal dengan ketampanan serta kepintaran membutanya disegani. Ketekunannya mencari jati diri mendapatkan sebuah petunjuk untuk mencari sumber cahaya untuk menerangi kehidupannya.
I Gede Maca mendengar sebuah kabar burung di Padang Galang ada seorang gadis cantik bernama Sang Ayu Mas Maketel. Ada keinginannya untuk mencari tahu kebenarannya. Dalem Sawangan dari Nusa Penida juga mendengar kabar burung tersebut membuatnya berkelana ke Padang Galang untuk mendapatkan Sang Ayu Mas Maketel. Keberhasilan I Gede Maca menamai Padang Galang dengan Sah Nur dapat mempersunting Sang Ayu Mas Maketel.
Demikian juga Dalem Sawangan menambahkan nama I Gede Maca menjadi I Gede Maca Ling dan Sang Ayu Mas Maketel menjadi Ratu Ayu Sapuh Jagat sebagai bentuk persaudaraan I Gede Maca menjodohkan adiknya Ni Tole untuk mendampingi Dalem Sawangan.
Jro Bendesa Pakraman Panjer, AA Ketut Oka Adnyana selaku penanggung jawab sekaa, ditemui di sela- sela pamentasan mengatakan persiapan yang dilakukan Sekaa Arja Candra Asta Swari ini telah dimulai sejak bulan februari lalu baik secara sekala maupun niskala. Diawali dengan matur piuning di Pura Khayangan Tiga, dilanjutkan dengan latihan yang dipolakan secara intern per-tokoh.
“Kekuatan kami terdiri dari 50 orang anggota sekaa dirinci menjadi sebelas orang penari, 18 orang penabuh, dan sekitar 29 orang crew lainnya. Dalam prosesnya, Sekaa Arja Candra Asta Swari Desa Pakraman Panjer Duta Kota Denpasar dibina oleh Pembina seni dari Pemerintah Kota Denpasar yaitu Guru Anom Ranuara dan Ibu Agung Susila. Sebagai bentuk ujicoba penampilan, kami juga sempat ngayah di Piodalan Pura Sakenan bertepatan dengan Rahina Kuningan yang lalu” ungkapnya.
Lebih lanjut AA Ketut Oka Adnyana menuturkan dalam garapan Arja yang kami tampilkan ini mengambil cerita Sah Nur yang memiliki keterkaitan dengan Tema PKB kali ini yaitu Teja Dharmaning Kahuripan atau Api Sebagai Spirit Kehidupan. Sebagai kawasan pesisir di Kota Denpasar adalah tempat pertama kali terbitnya matahari. Sah Nur atau Sanur adalah jagat yang pertama kali mendapatkan sinar kehidupan.
“Rasa terimakasih sebagai seniman seni klasik kami ucapkan kepada Pemerintah Kota Denpasar yang telah menunjuk Sekaa Arja Candra Asta Swari sebagai Duta untuk mewakili Kota Denpasar di ajang PKB tahun 2018. Ini menjadi bukti perhatian Pemkot Denpasar kepada perkembangan seni budaya, terutama pelestarian kesenian klasik yang hampir dilupakan di zaman sekarang ini. Saya optimis melihat besarnya perhatian dan dukungan ini sebagai sesuatu yang bagus bagi kelestarian dan regenerasi seniman- seniman kesenian klasik seperti Arja di Kota Denpasar,” ujarnya.
[pilihan-redaksi2]
Salah satu penari, Ketut Suardiana Putra bercerita mengenai perannya sebagai Wijil sebagai Parekan dalam menemani Raja Nusa Penida yaitu Dalem Sawangan yang luar biasa dan agung namun memiliki sifat yang sedikit nyentrik atau bisa disebut gila. Dalem Sawangan dengan segala kemewahannya memiliki anak buah yang mendampingi yaitu Wijil Buduh.
Salah satu penari, Ketut Suardiana Putra bercerita mengenai perannya sebagai Wijil sebagai Parekan dalam menemani Raja Nusa Penida yaitu Dalem Sawangan yang luar biasa dan agung namun memiliki sifat yang sedikit nyentrik atau bisa disebut gila. Dalem Sawangan dengan segala kemewahannya memiliki anak buah yang mendampingi yaitu Wijil Buduh.
”Saya telah sepuluh tahun menekuni berbagai macam kesenian seperti topeng dan sebagainya. Kemudian muncul gagasan kami bersama Jro Bendesa Pakraman Panjer untuk mementaskan kesenian Arja Klasik. Kami sempat beberapa kali ngayah di berbagai tempat dan di tahun ini kami diberikan kehormatan mewakili Kota Denpasar Sebagai Duta Kesenian di PKB ke- 40 Tahun 2018.
Dalam prosesnya pihaknya memadukan penari senior yang kaya pengalaman dengan penari yunior yang baru memulai belajar. Perpaduan ini menjadikan suatu kelebihan bagi penampilan Sekaa Arja Candra Asta Swari Desa Pakrman Panjer, Densel sebagai Duta Kota Denpasar.(bbn/rlsdps/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: -