Manusia Bali Memasuki Eksistensi Menjadi Manusia Ekonomis
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Perkembangan pariwisata telah menyebabkan manusia Bali memasuki eksistensi yang lebih ke atas, dengan menjadi manusia ekonomis atau manusia industri.
Manusia ekonomis atau manusia industri yang dimaksud yakni manusia yang memiliki sifat dengan penghargaan yang tinggi terhadap materi dan uang, menghargai efisiensi, mengutamakan investasi, dan berorientasi kepada kesenangan dan kenikmatan.
[pilihan-redaksi]
Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Bali dalam Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan di Tengah Perkembangan Pariwisata” yang ditulis oleh I Made Pasek Subawa dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar dan dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Pariwisata, Agama dan Budaya (Pariwisata Budaya), Volume 3, Nomor 1 tahun 2018.
Pasek Subawa menuliskan Kehadiran industri pariwisata dan pembangunan daerah telah banyak membawa manfaat kepada masyarakat Bali pada khususnya. Kemudian muncul sifat-sifat yang menuju proses tak serupa, yang semakin mencuat ke permukaan.
Proses industrialisasi telah menghasilkan manusia Bali yang majemuk, majemuk dari orientasi tujuan hidupnya dan kesenjangan akan sistem pola kehidupan.
Beberapa proses perubahan pola kehidupan dalam sistem budaya masyarakat Bali yang sudah terjadi salah satunya yaitu Proses budaya agraris berkembang ke dalam budaya industri.
Dalam budaya agraris telah tercipta suatu jenis istilah “pak tani” yang kini bergeser ke arah industrialisasi yang membentuk manusia modern.
[pilihan-redaksi2]
Selain itu, proses budaya tradisional menuju budaya modern. Perubahan pola hidup dalam pemanfaatan teknologi dalam mempermudah kehidupan. Proses budaya domestik yang juga bergeser dan berkembang menuju budaya publik.
Dalam budaya domestik dikenal istilah “manusia adat atau krama adat” yang sekarang mengarah pada sistem publik (mengikuti orang banyak), yang cenderung mengutamakan pola-pola kehidupan fungsional dan status.
Begitu juga proses budaya klasik spiritual menuju budaya pasar komersial. Budaya klasik spiritual terbangun atas simbol-simbol spiritual yang bersifat religius magis, sedangkan dalam budaya pasar, manusia pasar memiliki simbol masa yang menyamakan dirinya dalam status atau kelompok tertentu.
Terdapat juga proses budaya etnis yang monokultural menuju budaya etnis multikultural. Hal ini dilihat dari penggunaan bahasa pada manusia Bali.
Bahasa Bali yang dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari sudah bergeser ke bahasa nasional (indonesia), dan bahkan ada penggabungan dengan bahasa asing, misalnya “kal kija kamu”, “cang kal go to kampus”, dan masih bnyak lagi contoh-contoh lainnya. [bbn/ Pariwisata Budaya/mul]
Reporter: bbn/mul