search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Omed-Omedan Sebagai Ajang Simakrama di Banjar Kaja, Sesetan
Jumat, 8 Maret 2019, 12:37 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Tradisi Omed-omedan merupakan tradisi Mesimakrama di Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar. Mesima Krama dalam artian saling mengunjungi dan memaafkan antar sesama dalam rangka menyambut Tahun Baru Caka.
 
[pilihan-redaksi]
Demikian terungkap dalam artikel berjudul "Tradisi Omed-Omedan Sebagai Pendidikan Karakter Bagi Teruna-Teruni Banjar Kaja Dalam Rangkaian Hari Raya Nyepi di Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan" yang dipublikasikan dalam Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015.
 
Penulis artikel Ni Made Yuni Artini dan Ida Bagus Nyoman Wartha dari Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar menuliskan bahwa bagi masyarakat Banjar Kaja, Tradisi Omed-omedan memiliki suatu fungsi yaitu mulai dari aspek religi, solidaritas, budaya, hingga aspek kesejahteraan.
 
Dimana dari segi religi, Tradisi omed-omedan pada hakikatnya merupakan salah satu perwujudan aktivitas keagamaan dan emosi keagamaan yang dibangkitkan dengan adanya sesuhunan Ida Bhatara Petapakan yaitu Ida Ratu Ayu Mas Calonarang dan Ratu Gede Bangkal Putih di Pura Parerepan Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Pura itu diyakini merupakan bangunan suci yang sakral bagi pemeluk Hindu di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Dalam konsep agama Hindu, berdoa atau sembahyang di tempat sakral seperti itu akan mendapatkan anugerah Ida Sanghyang Widhi.
 
Jika dipandang dari segi makna solidaritas dapat dilihat yaitu masyarakat gotong royong yang menjunjung tinggi aspek kebersamaan dalam suka-duka yang sangat intens. Hampir semua tugas kemasyarakatan diselesaikan secara bersama-sama, baik aktifitas sosial, ekonomi, maupun keagamaan. 
 
Berbicara tentang budaya Bali asosiasi masyarakat Bali adalah filsafah Tri Hita Karana yang bernafaskan agama Hindu sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bali dan sekaligus menjiwai kebudayaan Bali. Masyarakat warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan telah memahami, menghayati, dan menjalankan budaya leluhur, yaitu peka terhadap saudara atau tetangganya yang tersirat dalam istilah sagilik saguluk sabayantaka.
 
[pilihan-redaksi2]
Sedangkan pemahaman “makna kesejahteraan” hampir sama artinya dengan sentosa dan makmur, selamat/terlepas dari segala macam gangguan. Secara keseluruhan masyarakat warga Banjar Kaja, sampai saat ini mempercayai kesejahtraan yang mereka dapatkan tidak terlepas dari apa yang dilakukan warga yaitu berbakti terhadap Ida Bhatara Sesuhunan yang berstana di pura Parerepan dengan melaksanakan upacara omed-omedan.
 
Tradisi Omed-omedan juga merupakan Purwa Dresta yaitu kebiasaan-kebiasaan yang bersifat religius yang diyakini akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Tradisi ini bermakna sakral terkait dengan Ida Bhatara Sesuhunan yang berstana di Pura Pererepan Banjar Kaje, yang senantiasa dipentaskan oleh Sekaa Truna Truni dalam hubungannya dengan upacara omed-omedan.[bbn/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami