search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dekranasda Bali Minta Perajin Jangan "Bunuh Diri" Ikut Memasarkan Tenun Bordir
Jumat, 11 Oktober 2019, 19:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Ketua Dekranasda Putri Koster juga mewanti-wanti agar para perajin jangan malah ‘bunuh diri’ dengan ikut-ikutan gencar memasarkan tenun printing atau bordir. 

[pilihan-redaksi]
Sejumlah perajin tenun ikat yang sempat ditanya beralasan karena kain tenun printing dan borbir belakangan memang lagi trend dan banyak diminati. Kondisi ini sangat mengkhawatirkannya, sebab lambat laun alat tenun cagcag akan makin terpinggirkan. 

"Saat ini hanya tersisa tak lebih dari 10 alat cagcag. Jika kita tak peduli, bukan tidak mungkin alat tradisional warisan leluhur itu akan diklaim negara lain lalu mereka mengambil keuntungan dengan promosi kalau alat itu sudah berumur ratusan tahun," urainya. 

Oleh sebab itu, Ny Putri Koster mengajak perajin untuk mengambil jalan tengah yaitu dengan tetap memasarkan produk printing atau bordir, namun menyarankan kepada konsumen kalau kain jenis itu hanya untuk bahan baju. “Kalau untuk kamen, tetap harus diarahkan membeli tenun ikat tradisional,” ajaknya. 

Ia berharap, upaya pengembangan tenun ikat tradisional bisa berjalan beriringan dengan upaya pelestariannya.

Masih dalam arahannya, Ny Putri Koster kembali mempertegas komitmennya dalam upaya pelestarian dan pengembangan tenun ikat Bali. "Dekranasda itu ibarat sayap yang menerbangkan produk kerajinan dari berbagai bidang, khususnya dalam hal ini kain tenun," tambahnya. 

Untuk itu, ia mengajak seluruh komponen bahu membahu dalam upaya pelestarian dan pengembangan tenun ikat Bali. Menurutnya, sektor sandang belakangan memang berkembang pesat. Namun di balik pesatnya perkembangan tersebut, tenun ikat Bali menghadapi tantangan yang begitu pelik yaitu kemajuan  teknologi yang mengakibatkan banyak motif songket atau endek diproduksi dengan teknik printing atau bordir. 

"Karena harganya jauh lebih murah dengan tampilan yang menarik, kain printing dan bordir laku keras," tambahnya. 

[pilihan-redaksi2]
Ny Putri Koster tak serta merta menyalahkan inovasi dalam produksi tenun lokal Bali. Menurutnya, dikaitkan dengan upaya pengembangan, inovasi adalah hal yang wajar. 

"Nah, untuk tanggung jawab pelestarian, kita yang berpenghasilan lebih jangan ikut-ikutan berorientasi pada harga murah. Yuk, kita ambil bagian dalam upaya pelestarian tenun ikat yang masih dibuat secara tradisional," ucapnya. 

Menurut Ny Putri Koster, perajin juga memegang peranan penting dalam upaya pelestarian tenun ikat yang masih dikerjakan secara tradisional seperti ATBM dan cagcag. 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami