search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tanggapan Golkar Bali Soal Penanganan Covid-19 di Serokadan, Bangli
Minggu, 3 Mei 2020, 15:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Ketua DPD Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry menanggapi soal penanganan Covid-19 di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Bangli dimana hasil rapid test sebelumnya menyatakan sekitar 400 lebih warga reaktif.


[pilihan-redaksi]
Menurutnya, hal ini bersumber karena ketidakdisplinan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) saat melakukan isolasi mandiri. Kata dia, seharusnya pemerintah yang mengondisikan terciptanya disiplin para PMI yakni dengan mengkarantina di tempat yang layak seperti di hotel dan dijaga oleh polisi.


"Dispilin ini harus diciptakan oleh pemerintah karena masyarakat belum terbiasa, para PMI yang dibiarkan isolasi mandiri rentan bertemu kerabat, terlebih sistem sosial kita di Bali yang mengedepankan kekerabatan, seperti ada upacara ngaben, kawinan atau persembahyangan," jelasnya usai menyerahkan bantuan 100.000 masker dan hand sanitizer kepada kader di kabupaten/ kota untuk diserahkan kepada masyarakat pada Minggu (3/5/2020) di Wantilan kantor DPD Golkar Bali di Denpasar.


Sebelumnya Golkar Bali juga sempat menyerahkan pandangannya dalam penanganan Covid-19 ke Gubernur dan Sekda Bali dimana menurutnya sumber dari kasus di Bali didominasi oleh imported case sebesar 82 persen dari PMI yang datang dari daerah terjangkit sisanya oleh WNI yang berpergian ke luar negeri. 


Sugawa Korry mengungkapkan para PMI ini merupakan saudara kita yang harus dihargai. Maka dari itu dalam melakukan penanganan dari kedatangan mereka baik itu di bandara, pelabuhan, perbatasan dan pintu masuk Bali lainnya harus dilakukan tes. Setelah itu, meski hasilnya negatif, mereka tetap harus dikarantina selama 14 hari.


"Kami sudah mengkalkulasi biaya kebutuhan sekitar 20.000 PMI asal Bali yang harus ditangani selama di karantina dan kami sudah sampaikan ke Gubernur," ujarnya.


Terkait hasil rapid test di Banjar Serokadan, lanjutnya, ia lebih mengutamakan hasil tes melalui PCR atau tes Swab karena lebih valid dalam memberikan hasil. Hal ini terjadi, tegasnya karena mereka (PMI-red) berinteraksi di masyarakat yang belum saatnya.


Fokus ke Satgas Desa


Untuk penanganan Covid-19, Golkar Bali setelah penyerahan bantuan teknis seperti masker, APD, hand sanitizer, bilik disinfektan dan air disinfektan terealisasi juga akan merencanakan fokus pada ujung tombak Covid-19 di desa-desa, yaitu Satgas Gotong Royong. Hal ini penting karena justru, kata Sugawa perlu mendapat penanganan karena penyerahan bantuan seperti masker sudah dinilai cukup di masyarakat. 

Selain bantuan teknis, kata dia, nantinya para kader akan berkoordinasi dengan Satgas desa tentang kebutuhan bantuan teknis dan edukasi. Di sisi lain secara politik, Golkar juga memberi masukan kepada Gubernur atau Sekda.  

"Untuk kedepan masker sekiranya sudah mulai teratasi bulan Mei akan membantu para ujung tombak kita Satgas Gotong Royong di desa-desa itulah yang menjadi perhatian," katanya.

Kendati bantuan yang disrahkan tidak begitu besar, pihaknya berharap menjadi stimulan bagi penanganan Covid-19 di Bali.

"Bagai cahaya lilin kecil di lorong terowongan yang gelap sehingga bisa menjadi suluh bagi masyarakat untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini," tutupnya.   
 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami