Bali Bakal Jadi Tuan Rumah Forum Indonesia-Afrika ke-2
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Bali akan menjadi tuan rumah forum pertemuan Indonesia-Afrika atau Indonesia-Africa Forum (AIP) ke-2 pada 1-3 September 2024 mendatang.
Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Pahala Nugraha Mansury, di Jakarta Pusat pada Kamis (8/8/2024).
Dalam konferensi pers terkait AIF ke-2 ini, Pahala memaparkan bahwa negara-negara Afrika memiliki peran yang semakin penting dalam perekonomian global, terutama bagi Indonesia.
Pahala menyebut negara-negara di Afrika tercatat memiliki 10% cadangan minyak dan 8% gas di dunia. Selain itu juga kaya mineral kritis seperti 55% cadangan kobalt, 48% cadangan mangan dan 22% cadangan grafit di dunia.
"Kita mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, termasuk nikel, tembaga, bauksit dan lainnya. Begitu juga dengan negara-negara di Afrika. Kami melihat negara-negara Afrika memiliki banyak sekali kekayaan alam," katanya.
"Jadi kami berupaya untuk bisa bersama-sama membangun agar kekayaan alam masing-masing negara tidak dieksploitasi pihak lain dan dapat dinikmati oleh masyarakat negara sendiri," tambahnya.
Selain sumber daya alam, Pahala juga melihat potensi dari populasi Afrika yang terus meningkat, di mana ini diperkirakan mencapai 2,5 miliar orang pada tahun 2050 mendatang. Hal ini, menurut Pahala, dapat membuka peluang besar pasar bagi produk-produk Indonesia.
"Afrika akan menjadi kawasan strategis untuk upaya diversifikasi Indonesia," kata Pahala.
Upaya diversifikasi ini artinya ada potensi pasar besar negara-negara Afrika sebagai tujuan ekspor. Selain itu Afrika dalam menjadi pemasok komoditas migas dan mineral kritis, serta menjadi tujuan outbound investment atau investasi luar negeri dan memperluas global influence.
"Melalui pengembangan kerja sama dengan Afrika, Indonesia dapat memperluas pengaruh globalnya," kata Pahala.
Empat Isu Prioritas
Dalam AIP ke-2, Pahala memaparkan setidaknya ada empat isu prioritas yang akan dibahas, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan kesehatan, dan ketahanan mineral.
"Dalam ketahanan pangan, Indonesia dan Afrika mempunyai kebutuhan pangan yang tinggi. Selain itu memiliki potensi lahan yang luas dan iklim yang baik. Ketahanan pangan memiliki potensi perdagangan dan supply chain pangan, pupuk, hingga pengembangan biofuels," kata Pahala.
Sementara untuk isu ketahanan energi, Pahala menyebut Afrika dapat menjadi sumber energi (migas), yang di sisi lain juga dapat mengembangkan kerja sama energi terbarukan bersama Indonesia.
Untuk ketahanan kesehatan, Pahala menyebut baik Indonesia dan negara-negara di Afrika mempunyai kebutuhan tinggi untuk obat, vaksin dan alat kesehatan atau alkes. Hal ini berpotensi membuka perdagangan obat, vaksin dan alkes, serta joint development dan production di bidang kesehatan.
Terakhir, untuk isu ketahanan mineral, Pahala menyebut Indonesia dan negara-negara Afrika berpotensi mengembangkan supply chain untuk produksi komponen dan baterai electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik.
"Kami berharap hasil AIF kedua akan menghasilkan kesepakatan G-to-G, yakni kerja sama bilateral di berbagai sektor antara Indonesia dan negara-negara Afrika, kemudian business deals, kesepakatan bisnis antara kalangan swasta, serta grand design, yakni Kerja Sama Pembangunan dengan Afrika 2024-2029," imbuhnya.
Mengambil semangat solidaritas Global South yang lahir dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, IAF ke-2 nantinya akan digelar dengan tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063". Forum ini diharapkan dapat menargetkan kesepakatan bisnis senilai US$3,5 miliar.
Pahala menyebut peserta akan terdiri dari 28 kepala negara atau pemerintahan dari negara-negara Afrika; 800 peserta dari wakil pemerintah, organisasi internasional dan regional, serta kalangan bisnis. (sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Robby
Reporter: bbn/net