search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ada Museum Marketing di Kampung Seni Ubud
Sabtu, 28 Mei 2011, 11:33 WITA Follow
image

image.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Ubud dikenal sebagai kampung seniman yang memiliki banyak museum seni. Namun kini di Ubud juga ada museum marketing yang sama sekali tidak berhubungan dengan dunia seni lukis atau patung. Museum marketing pertama di dunia ini diresmikan Jumat (27/5/2011).

Museum ini berada di area Museum Puri Lukisan Ubud di atas tanah seluas 1000 meter persegi . Tanah dan bangunan merupakan sumbangan dari keluarga Puri Ubud. Museum Marketing Ubud mengabadikan teori mutakhir dalam pemasaran, yakni "Marketing 3.0" yang digagas Hermawan Kertajaya bersama tohoh marketing modern Philip Kotler.

Museum ini memajang profil perusahaan kelas dunia. Pengunjung museum dapat belajar marketing yang telah di terapkan oleh perusahaan � perusahaan tersebut. Alasan dipilihnya Ubud sebagai tempat berdirinya museum ini adalah karena sejak dulu Ubud dikenal akan keindahan alamnya, banyak galeri seni, pertunjukkan musik maupun tari. Tokoh-tokoh seni kelas dunia seperti Antonio Blanco, Water Spies dan Arie Smith pernah datang dan mengajar serta tinggal di Ubud.

�Potensi museum cukup signifikan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Tanah Air. Di beberapa kota yang memiliki museum, terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan,� kata Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, di Pecatu, Jumat (27/5) Malam.

Museum Marketing di Ubud, kata Sapta, akan memberi nilai tambah bagi pariwisata di Bali, terutama bagi wisatawan yang ingin belajar marketing.

Marketing 3.0 sendiri, seperti yang tertulis dalam buku Hermawan Kertajaya, yaitu marketing yang berdasarkan nilai � nilai moral dan human spirit, tidak hanya berdasar pada produk dan hubungan bisnis. Dalam buku tersebut juga di jelaskan bahwa nilai kejujuran melindungi ilmu marketing. Dunia saat ini sedang berubah secara mendasar khususnya dengan meluasnya penggunaan komputer, internet dan telepon genggam, sehingga pola interaksi antar manusia tidak lagi vertikal, namun horisontal.

Perubahan itu berpengaruh pula terhadap perkembangan konsep marketing, dari marketing 1.0 (product-centric), marketing 2.0 (consumer-centric), menjadi marketing 3.0 (human-centricity). 

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami