75 Hektar Sawah Kekeringan Gagal Panen
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Kekeringan melanda Subak Apit Jaring, di Desa Batannyuh dan Kuwum, Kecamatan Marga. Akibatnya 75 hektar sawah di subak (kelompok pengairan petani tradisional) tersebut gagal panen.
Seperti yang diutarakan Gede Ketut Sukanta (47), pekaseh (pengurus organisasi subak) di Subak Apit Jaring, Senin (12/9/2011). Ia merasa kecewa karena sejak padinya ditanam tiga bulan lalu tidak mendapatkan air secara optimal. Padi yang ditanamnya tidak tumbuh dengan baik, pohonnya kerdil dan buliran padinya tidak berisi.
“Kekeringan karena hujan tidak pernah turun menjadi penyebab tanaman padi kami kerdil. Selain tumbuhan padinya kerdil, tanahnya juga mengelupas dan terbelah.Meski sudah berumur hampir tiga bulan, padi kami tetap kerdil dan tidak mungkin dipanen,” jelasnya.
Akibat kekeringan tersebut, sekitar 75 hektar sawah di Subak Apit Jaring gagal panen dari total luas subak seluruhnya 157 hektar.
"Kekeringan ini disebabkan oleh debit air yang mengecil. Selama ini kami hanya mengandalkan sumber air klebutan (mata air) dari Desa Geluntung," ungkapnya.
Musim tanam tahun lalu juga hasilnya tak optimal, karena didera kekeringan. Namun dibanding musim panen tahun ini, jauh lebih baik.
"Sekarang dari 75 persen yang dilanda kekeringan rugi total. Kami pun terpaksa menjadikan tanaman padi untuk pakan sapi," imbuh Sukanta.
Wayan Darta, petugas Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman (PHPT) UPT Pertanian mengungkapkan, pihaknya telah berupaya membantu petani di Subak Apit Jaring. Dikatakanya wilayah subak Apit Jaring merupakan sawah tadah hujan.
“Kalau volume hujan tinggi, padi yang ditanam pasti bagus hasilnya,”jelasnya.
Wayan Darta telah menganjurkan kepada petani kalau musim kemarau lebih baik tidak menanam padi dan menyarankan untuk menaman palawija.
Reporter: bbn/nod