search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bangun Ngurah Rai, Sukarno Tolak Insinyur Belanda
Rabu, 6 Maret 2013, 04:58 WITA Follow
image

google/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Bandara Internasional Ngurah Rai kini menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia. Dulunya Bandara ini bernama Bandara Tuban. Saat pembangunannya, Presiden Sukarno menggunakan tenaga ahli dari Jerman. Sukarno tidak mau menggunakan insinyur dari Belanda.

Kisah ini disampaikan sahabat dekat Sukarno, Horst Henry Geerken, di Ubud Selasa (5/3/2013). Pria Jerman yang akrab dipanggil Henry ini menceritakan, proyek Bandara Tuban dikerjakan selama 4 tahun mulai tahun 1963 hingga tahun 1967.

"Saat itu saya dipercaya Bung Karno untuk mengerjakan perencanaan bandara dan sistem elektroniknya. Waktu saya memang berteman baik dengan Soekarno. Bung Karno itu pintar bahasa Jerman. Saya akui Bung Karno juga jago pidato dalam bahasa Jerman,"jelasnya kepada beritabali.com. Dalam pengerjaan Bandara Tuban, Bung Karno tidak mau menggunakan tenaga kerja orang Belanda. Ini karena Bung Karno merasa jengkel dengan kolonialisme Belanda di Indonesia.

"Dia hanya mau orang Jerman.  Semua insinyur pembuatan Bandara Tuban oleh orang Jerman. Para pekerja Jerman ini tinggal di bungalow-bungalow yang ada di Pantai Kuta,"jelasnya. Waktu itu, kata Henry, Bung Karno mau Bandara Tuban dibangun menyerupai bandara Hongkong yang lama, dimana runway atau landasan pacu dibangun di atas laut.

"Namun hal ini tidak bisa diwujudkan karena kondisi alam yang sulit. Beberapa kali dicoba bangun runway seperti yang diminta Bung Karno, namun selalu gagal karena medan yang sulit,"ujarnya. Bung Karno membangun Bandara Tuban agar turis bisa masuk ke Bali. Karena di Bali di tahun itu belum ada turis. "Di Bali tahun itu juga tidak ada hotel, makanya Bung Karno juga bangun Bali Beach Hotel dan Bandara Tuban agar lebih banyak turis yang datang berlibur ke Bali,"ujarnya.

 

Horst Henry Geerken lahir di Jerman tahun 1933. Ia kemudian kuliah tehnik di Jerman dan Amerika. Ia tiba pertama kali di Jakarta pada 1963 dan bekerja pada perusahaan telekomunikasi Jerman Telefunken. Karena memiliki hubungan persahabatan erat dengan Bung Karno, ia kemudian menulis buku "A Magic Gecko Peran CIA di Balik Jatuhnya Soekarno". 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami