search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit, Wujud Syukur atas Kesuburan
Senin, 14 April 2025, 09:24 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit, Wujud Syukur atas Kesuburan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Krama Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Kecamatan Sawan, Buleleng, kembali menggelar tradisi sakral Ngusaba Bukakak pada Minggu (13/4). 

Tradisi yang digelar dua tahun sekali ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah.

Ketua Panitia Ngusaba Bukakak, Wayan Sunarsa, menyampaikan bahwa tradisi ini hanya ada di desanya dan telah diwariskan secara turun temurun. Upacara ini rutin digelar setiap Purnama Sasih Kedasa.

Tradisi ini menjadi unik karena adanya Sarad Ageng berbentuk burung garuda setinggi sekitar tiga meter. Sarad tersebut dibuat dari bambu dan daun enau muda, dan di dalamnya terdapat seekor babi yang diguling hanya bagian punggungnya saja. Hal ini menjadikan babi memiliki tiga warna: merah, hitam, dan putih.

Tahun ini, Sarad Ageng melancaran atau berkunjung ke Pura Kaja Desa Adat Sangsit Dauh Yeh, berdasarkan petunjuk yang didapat lewat nunas kepada Ida Batara Mutering Jagad Sesuhunan di Pura Gunung Sekar.

"Dulu melancarannya bisa sampai ke Pura Bale Agung, ke Pengastulan, Labuan Aji, ke Menyali juga pernah. Lokasi yang dikunjungi memang tidak bisa diatur, itu berdasarkan nunas petunjuk kemana memargi Bukakaknya," terang Sunarsa.

Krama yang bertugas mengusung Sarad Ageng juga mengikuti aturan khusus berpakaian. Yang belum menikah mengenakan pakaian putih-kuning, sedangkan yang sudah menikah mengenakan putih-merah. Sebelum melancaran, mereka menjalani ritual mejaya-jaya dari Pura Pancoran Emas hingga Pura Gunung Sekar untuk memohon kekuatan.

"Kalau sudah mejaya-jaya tidak boleh mandi dan cuci muka. Nanti kekuatannya bisa hilang," ucap Sunarsa.

Rangkaian tradisi Ngusaba Bukakak juga mencakup nunas tirta yang dipercikkan ke sawah, kebun, dan pekarangan rumah sebagai harapan akan terus diberi kesuburan dan hasil tani yang melimpah.

Melalui hasil paruman, kini disepakati bahwa pelaksanaan Ngusaba Bukakak akan dikembalikan ke konsep awal, yaitu digelar setiap Purnama Dista, dengan biaya dari gabungan krama subak dan krama gede.

"Dulu pelaksanaan bukakak tabrakan dengan Pemilu, makanya dimajukan ke Purnama Kedasa. Sekarang akan dikembalikan ke Purnama Dista," tandas Sunarsa.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rat



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami