search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Budaya Tidak Mendukung Pengembangan Wirausaha Bali
Senin, 9 September 2013, 10:18 WITA Follow
image

google.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Salah satu bentuk dasar wirausaha adalah kegiatan perdagangan. Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan warga pendatang, warga Bali yang menjadi pedagang di pulaunya sendiri ternyata sangat kecil jumlahnya.

Suku-suku lain di Indonesia, seperti suku-suku dari Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan memiliki budaya dagang yang tersimpan dalam nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi atau minimal, budayanya, tidak memiliki resistensi terhadap nilai-nilai perdagangan. Apabila nilai-nilai dagang dan kewirausahaan dianggap mulia dalam sebuah sistem nilai budaya, maka seorang pedagang atau wirausahawan akan mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut dan dalam jangka panjang budaya tersebut akan menjadi penghasil wiraswasta.

Selain karakteristik suku, perantau dari berbagai suku yang memutuskan untuk keluar dari wilayah aslinya umumnya juga memiliki dorongan untuk berdagang dan berwirausaha. Contoh ekstrem adalah orang Tionghoa dan India yang merantau hingga ke Indonesia dan mampu mengembangkan budaya dagang dan kewirausahaan yang kuat dibandingkan dengan orang sesukunya yang tetap tinggal di daerah asalnya.

Selain karena eksistensi jiwa dagang di dalam budayanya, jiwa dagang dan kewirausahaan kaum perantau juga muncul karena adaptasi mereka terhadap kondisi positif yang dihadapinya, dimana mereka tidak memiliki tanah atau sawah, sehingga kaum perantau dipaksa untuk mengembangkan jiwa dagang, koneksi dagang yang luas dan kemampuan bernegosiasi agar dapat bertahan hidup.

Salah satu pembentuk sikap seseorang terhadap kegiatan wirausaha adalah pengaruh budaya dimana dia hidup dan berkembang. Perbedaan wilayah dan kelompok akan membentuk perbedaan budaya yang berkonsekuensi terhadap perbedaan dalam memandang nilai-nilai kehidupan.

Kenapa dari sekian juta masyarakat Bali masih sedikit yang tertarik dunia dagang? Berikut pendapat dari kalangan akademisi dan praktisi bisnis di Bali yang kami turunkan dalam beberapa tulisan. (dev)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami