search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Subsidi BBM Bagaikan Kanker Ganas
Senin, 8 September 2014, 08:57 WITA Follow
image

inilah.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Jumlah subsidi BBM yang dianggarkan dalam APBN sudah cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain. Bahkan cenderung mengalami peningkatan. Bagaimana solusinya?

Ekonom, Faisal Basri menyebutkan secara tegas, subsidi BBM sudah merongrong APBN. Ddalam sebelas tahun terakhir ini subsidi BBM bahkan lebih besar dari defisit APBN. "Solusi subsidi BBM bak kanker ganas, sudah menekan APBN bahkan menyebar ke berbagai arah," katanya dalam diskusi “Subsidi BBM, Solusi atau Masalah” yang diadakan Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP), Minggu (7/9/2014).

Saat ini alokasi budget untuk infrastruktur, belanja pendidikan dan kesehatan sudah lebih sedikit. Hal ini bila dibandingkan dengan alokasi subsidi BBM.

Selama ini defisit APBN ditutup utang. Jika sebagian besar belanja APBN berasal dari utang, hal ini berarti subsidi BBM sesungguhnya berasal dari utang.

Selama ini BBM memiskinkan adalah mitos. Jumlah orang miskin di Indonesia sebagian besar adalah penduduk desa, hanya satu pertiga penduduk yang tinggal di perkotaan.

Penduduk desa sangat ditentukan oleh konsumsi atas beras. Yang akan membuat orang miskin lebih banyak adalah apabila harga beras naiknya signifikan.

“Buat kelas menengah yang selama ini berkoar-koar menolak kenaikan harga BBM, sebenarnya mereka itu merugi. Artinya jika BBM bersubsidi naik jumlahnya, defisit APBN naik, surat utang lebih banyak dikeluarkan, dan suku bunga naik.

"Akibatnya cicilan semua naik. Selain itu, BBM juga menekan rupiah. Kelas menengah kan banyak mengonsumsi barang impor, akibatnya harga-harga kamera, gadget, laptop semua naik. Lah, kan malah rugi mereka,” kata pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia ini.

Sementara itu, Wijayanto Samirin, tim ekonomi Jokowi-JK, mengatakan, APBN saat ini seperti bom besar yang siap meledak. “Ukurannya sangat besar tapi tidak ada dampak untuk masyarakat. Ini yang harus direformasi dengan mengurangi subsidi,” tegas Wijayanto.

"Pemerintah selama ini hanya memikirkan cara untuk survive, tapi hal tersebut tidak ada dampak berarti di masyarakat. Pak Jokowi-JK siap tidak popular karena kenaikan harga BBM ini."

Joko Anwar memaparkan, jadi saat ini membutuhkan kesadaran kolektif masyarakat tentang fakta-fakta BBM. Semua masyarakat mengetahui angka-angka dibalik subsidi BBM. Joko mengharapkan masyarakat akan memahami realitas di lapangan menunjukkan peningkatan konsumsi BBM bersubsidi.

Namun tidak secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, harga BBM bersubsidi yang terlampau murah menjadi salah satu sebab utama inefisiensi konsumsi BBM.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami