Watimpres : Eksekusi Mati, Indonesia Jangan Takut Australia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Pemerintahan Presiden Jokowi diminta untuk tidak takut dengan tekanan Australia terkait eksekusi dua terpidana mati "Bali Nine", Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), KH Hasyim Muzadi mengatakan, PBNU mendukung pemerintah untuk tetap melaksanakan hukuman mati bagi pengedar narkoba.
"Tidak usah terpengaruh tekanan dari luar negeri (Australia) karena luar negeri juga melakukan hukuman mati itu, cuma belum tentu kita tahu," kata Hasyim, di Pemkab Jombang, Sabtu (21/2/2015).
Hasyim mengatakan, Indonesia sebagai negara yang berdaulat, harus konsisten terhadap penegakan hukum. "Jadi, kita kembali berpedoman kepada hukum kita sendiri. Australia saja melakukan hukuman mati itu pada satu sektor," tegasnya.
Narkoba Lebih Kejam dari Teroris
Kematian akibat narkoba dinilai jauh lebih kejam dibandingkan pembunuhan yang dilakukan oleh teroris.
Hal itu disampaikan Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), KH Hasyim Muzadi, di Pemkab Jombang, Sabtu (21/2/2015). Untuk itu, Hasyim mengatakan, PBNU mendukung pemerintahan Presiden Jokowi yang menolak grasi bagi napi pengedar narkoba.
"Kalau teroris seperti di Bali, mungkin hanya 200 orang korbannya, dan saat pelaksanaan hukuman mati Australia tidak ribut. Namun narkoba ribuan orang mati karena ini," kata Hasyim.
Hal itu menanggapi permintaan Perdana Menteri Australia Tony Abbot terkait pembatalan eksekusi dua terpidana mati "Bali Nine", Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Terkait pelanggaran HAM, Hasyim mengatakan, HAM di Indonesia berbeda dengan pemahaman HAM negara lain. Hasyim selaku Wantimpres mengaku sudah menyampaikan hal itu kepada Presiden Jokowi.
Menurutnya, pemerintah harus memperhatikan kepentingan bagi ribuan orang yang mati akibat narkoba. "Pembunuhan narkoba jauh lebih hebat dari teroris," pungkas mantan Ketua Umum PBNU ini.
Reporter: bbn/net