search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Budidaya Jamur Tiram Kian Berkembang
Jumat, 16 Desember 2016, 19:00 WITA Follow
image

Budidaya jamur tiram. [source: bbcom]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Beritabali.com, Sinagaraja. Budidaya jamur tiram kini sedang dikembangkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekarsari Desa Bungkulan. Pengembangan sektor budidaya jamur itu berawal dari program kegiatan pemberdayaan responsif gender yang digelontorkan Kementerian Kehutanan pada tahun 2013. 
 
Usai menerima bantuan program dari Kementerian Kehutanan, Kelompok Tani Wanita berdiri pada 2009 silam itu pun lantas mengembangkan budidaya jamur tiram. Dipilihnya jenis jamur ini karena investasi dan perawatannya cukup mudah dilakukan dan jamur tiram juga dinilai sangat cocok dibudidayakan untuk daerah yang memiliki iklim tropis seperti Desa Bungkulan. Bukan itu saja, dari minat masyarakat mengkonsumsi jamur tiram sangat tinggi karena harganya tergolong cukup ekonomis.
 
BACA JUGA: 
KWT langsung membuat pondok kecil (kumbung) berukuran 7x7 meter lengkap dengan rak-rak untuk meletakkan baglog untuk memulai usaha budidaya jamur pada bulan September 2013. Tahap awal untuk mengetes pasar, kelompok ini kemudian membeli 3500 baglog (red: media tanam). Pada panen perdana di bulan November, kelompok lantas memulai promosinya di beberapa pasar tradisional. Ternyata, jamur tirammendapat respon yang sangat baik dari berbagai kalangan masyarakat. 
 
“Dari Kementerian Kehutanan mempercayai kelompok kami dan memberikan dana sebesar Rp 25 juta. Sudah enam kali panen raya dengan total panen jamur lebih dari 200 kilogram sejak tahun 2013 silam. Dari baglog yang disimpan di kumbung dalam waktu 40 hari jamur akan mulai tumbuh, dan tumbuhnya pun bergiliran, jadi kita bisa panen tiap hari. Berat jamur berkisar antara 400 sampai 600 gram dalam satu baglog,” jelas Made Nuriasning, Ketua KWT Mekarsari Desa Bungkulan.
 
Penyuluh Lapangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, Neneng Anengsih menjelaskan, sebetulnya budidaya jamur tiram tergolong mudah namun harus dilakukan dengan benar. Namun budidaya jamur tiram yang digeluti oleh KWT Mekarsari masih mendatangkan baglog yang siap tumbuh dari orang lain dengan cara membeli. 
 
Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman di lapangan, karena tidak sedikit petani yang mengalami kegagalan ketika membudidayakan tanaman jenis jamur ini.
 
Sementara dari sisi pemeliharaan pihaknya selalu menganjurkan agar penyiraman dilakukan dengan menggunakan spray bukan tetesan air. Karena semakin sempurna teknik pengabutan maka jamur yang dihasilkan akan semakin baik juga menjaga kebersihan kumbung. 
 
"Per baglog dibeli dengan kisaran harga antara Rp 2500 s/d Rp 3500. Tergantung permentasinya, ada baglog yang 25% hingga 100%. Kalau baglognya yang 100% dalam tempo seminggu jamur sudah siap dipanen," ungkapnya.
 
Dari produk jamur yang dihasilkan oleh Kelompok Wanita Tani Mekarsari tak hanya dijual dalam bentuk jamur segar atau kering, melainkan juga dalam olahan. Hasil olahan jamurnya pun beragam. Ada, produk kripik dan juga nugget serta lumpia jamur.
 
BACA JUGA: 
Melihat perkembangan yang signifikan ini, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Bungkulan, Komang Dambayanti akan terus mempromosikan dan mengembangkan hasil produksi KWT Mekarsari. 
 
Menurut rencana, Ia akan mengemas jamur tiram tersebut dalam berbagai olahan makanan seperti lawar jamur, bakso jamur serta jenis olahan makanan lainnya dan dipamerkan dalam acara Buleleng Festival. [pan/wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami