search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sambut Letusan Gunung Agung dengan Gambelan, 545 Warga Sebudi Tewas
Minggu, 1 Oktober 2017, 18:35 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com. Karangasem. Dasyatnya letusan Gunung Agung tahun 1963 mengakibatkan 1.148 jiwa tewas. Sejarah atau jejak letusan Gunung Agung tahun 1963 antara lain bisa dilihat di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Sewaktu Gunung Agung meletus tahun 1963, warga setempat menyambut letusan gunung dengan gambelan baleganjur dan upacara persembahyangan, sehingga mengakibatkan sebanyak 545 orang tewas.
 
[pilihan-redaksi]
Suasana Desa Sebudi saat ini sepi. Desa yang biasanya ramai dengan aktivitas warga ini menjadi lengang karena semua warga sudah diungsikan ke lokasi yang aman. Warga yang tidak berkepentingan dilarang memasuki kawasan desa ini.
 
Desa Sebudi masuk kategori kawasan rawan bencana tiga atau KRB III, wilayah yang paling rawan terkena dampak langsung letusan Gunung Agung. Wilayah pemukiman warga di desa ini berlokasi antara 3 kilometer hingga 10 kilometer dari Gunung Agung.
 
Seluruh warga Desa Sebudi diharuskan untuk mengungsi, karena desa ini punya riwayat buruk saat letusan Gunung Agung tahun 1963.
 
Menurut penuturan warga setempat, sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963, gunung mengeluarkan kepulan asap hitam yang tak henti henti, diikuti dengan hujan abu yang membuat tanaman menjadi mati.
 
[pilihan-redaksi2]
Meski sudah mengeluarkan tanda tanda akan meletus warga desa waktu itu belum mengungsi karena kurangnya pemahaman tentang bahaya letusan Gunung Agung. Bahkan saat gunung meletus, warga beramai ramai menontonnya dari jarak yang sangat dekat dan berbahaya. Warga setempat menyambut letusan gunung dengan gambelan baleganjur atau tradisional dan persembahyangan bersama. 
 
"Waktu itu warga percaya letusan gunung merupakan tanda datangnya bhatara atau dewa yang bersemayam di Gunung Agung. Akibatnya sebanyak 545 warga tewas terkena dampak letusan gunung agung, terutama akibat terkena awan panas," jelas Wayan Subadra, salah seorang warga Desa Sebudi, yang juga mantan kepala dusun setempat.
 
 
Untuk mengenang bencana letusan Gunung Agung pada 17 Maret tahun 1963, di dekat kantor kepala desa ini berdiri sebuah monumen. Monumen ini diharapkan menjadi pengingat warga tentang betapa berbahayanya letusan Gunung Agung. [bbn/psk]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami