search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Satgas Flobamora Bongkar Perdagangan Manusia di "Komplex" Lumintang
Selasa, 14 November 2017, 06:01 WITA Follow
image

beritabalicom/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Satuan Tugas (Satgas) Flobamora Bali berhasil menyelamatkan seorang gadis belia asal Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), sebut saja bernama Ina dari lokalisasi kelas teri di Lumintang, Denpasar, Minggu (12/11/2017) sekitar pukul 23.30 Wita.
 
[pilihan-redaksi]
Kisah memilukan ini berawal dari kedatangan Ina di Denpasar sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga. Ina dijanjikan gaji Rp 1 juta per bulan. Namun,  setelah   bekerja beberapa bulan di rumah tangga tersebut, Ina minta izin pulang ke Sumba. Ternyata Ina tidak pulang ke Sumba. Ternyata dia diambil oleh Nur untuk dipekerjakan di sebuah persuahaan catering.
 
Selama 2 bulan Ina kehilangan kontak dengan keluarganya di SBD. Isu yang berkembang di sana, Ina ditangkap polisi karena terlibat narkoba. Mendengar anaknya tertimpa masalah tersebut, ayahnya langsung mau bunuh diri. Tapi bagaimana menghubungi guna memastikan keadaan Ina?
 
Rupanya Nur berhasil  membujuk Ina untuk keluar dari rumah tersebut dan bekerja di sebuah perusahaan catering dengan gaji Rp 70.000 per hari. Dalam benak Ina, kalau gaji Rp 70.000 per hari maka sebulan bisa mendapat gaji Rp 2,1 juta bersih. Sebab, soal makan dan penginapan langsung disediakan oleh  yang punya catering tersebut.
 
Tergiur dengan tawaran tersebut, Ina izin pulang kampung yang belakangan hanya trik Nur agar bisa membawa Nur keluar dari rumah itu dan bekerja pada perusahaan catering tadi. Sayang, Ina tidak sempat mengingat alamat perusahaan catering  tersebut. Ternyata, di tempat baru ini Ina hanya bekerja  3 hari, sebab menurut Nur perusahaan catering itu bangkrut.
 
Dalam situasi terpaksa, demi menyambung hidup di Bali, Ina mengiyakan saja ajakan Ahmad. Pria terakhir ini adalah teman Nur. Ternyata Ahmad menyalurkan Ina ke lokalisasi kelas teri di Lumintang, Denpasar. Sebulan lamanya Ina bergelut dalam derita, melayani lelaki hidung belang, meski batinnya tersiksa.
 
“Sekali main dapat Rp 100 ribu, 30 ribu untuk kamar, saya hanya dapat 70.000,” kisah Ina lirih di rumah Yusdi Diaz, Ketua Umum Flobamora Bali, Senin (13/11/2017) dini hari.
 
Selama tinggal di lokalisasi, handphone diambil oleh sang bos alias germo. Uang yang diperoleh selama berkerja di situ juga diminta dititipkan kepada bos. Tujuannya  supaya mereka tidak bisa ke mana-mana, apalagi mereka juga ditakut-takuiti bahwa di kompelks pelacuaran itu banyak preman.
 
Lalu bagaimana kisahnya Ina bisa dikeluarkan oleh Satgas Flobamora dari lembah hitam murahan tersebut? Ketua Flobamnora Bali Yusdi Diaz menuturkan, awalnya seorang pemuda SBD mengadu ke Flobamora karena ada keluarganya menjadi penghuni lokalisasi Lumintang. Pemuda ini rupanya mendapat informasi dari orang tua Ina di kampung bahwa mereka sudah lama kehilangan kontak dengan Ina dan minta bantauannya untuk melacak keberadaan Ina di Bali. 
 
Ina dipastikan ada di sini karena sebelumnya, seorang pria Sumba mengaku bertemu Ina di lokalisasi tersebut. Informasi itu kemdian  disampaikan ke pemuda SBD yang tak lain adalah sepupu Ina.
 
Tetapi pemuda SBD ini tentu tak seenaknya mengeluarkan Ina. Maklum, seperti  di mana-mana ada kompleks pelacuran, para preman bersliweran mengamankan tempat itu. Pria itu kemudian mengadu ke Flobamora Bali.
 
Ketua Flobamora Yusdi Diaz langsung berkoordinasi dengan Ketua Satgas Flobamora Bali Marten Umbu untuk segera mengambil langkah taktis mengeluarkan Ina tanpa berbenturan dengan siapapun yang ada di lokalisasi tersebut.
 
[pilihan-redaksi2]
Minggu (12/11/2017) malam, sekitar pukul 23.30 Wita sedikitnya 20 pemuda SBD plus Satagas Flobamora mendatangi lokalisasi Lumintang. Agar tidak menimbulkan kecurigaaan, mereka tidak datang sekaligus. Menggunakan sepeda motor, mereka tiba dalam waktu yang tidak bersamaan. Lalu masuk ke areal lokalisasi layaknya para pelanggan esek-esek di situ.
 
Yos, salah seorang anggota Satgas, menggunakan bahasa Bali bertanya kepada Pak Ketut-seorang penjaga di sana, apa ada “orang lokal”.
 
“Wah gak ada lokal, semuanya Jawa. Tapi ada orang Sumba, KTP-nya dari SBD,” ucap Pak Ketut.
 
Yos yang mendapat informasi berharga itu segera memberi kode kepada Marten agar segera menuju kamar yang ditunjuk Pak Ketut, tempat Ina melayani para pria hidung belang selama ini.
 
“Begitu masuk, dia mau buka baju. Saya langsung bilang, gak usah. Kamu tenang aja, saya mau menyelamatkan kamu, keluar dari tempat ini,” beber Marten.
 
Sontak Ina kaget. Dia menangis memeluk Marten. Marten menenangkananya dan memintanya segera  mengemas pakaiannya agar segera  keluar kamar bersama Marten. Dikawal Marten, Ina keluar kamar disambut oleh sekitar 20 pemuda yang sudah menunggunya. Para wanita lain penghuni lokalisasi dan Pak Ketut hanya terpaku menyaksikan  Ina dibawa oleh Marten dan kawan-kawan ke  rumah Yusdi Diaz, Ketua Flobamora Bali.
 
Selesai? Ternyata tidak. “Masih ada dua teman di sana,” beber Ina, membuat anggota Satgas dan Yusdi Diaz tercengang.
 
“Waduh…, ini berarti PR berikutnya adalah mengelurkan kedua anak tadi,” tegas Yusdi Diaz dan diamini Marten Umbu,
 
Menurut Yusdi Diaz, kasus Ina dan dua teman yang masih di dalam sana  makin membenarkan bahwa Bali bukan hanya sebagai tempat transit melainkan juga sebagai daerah tujuan human trafficking.
 
“Kasus Ina ini bukanlah berdiri sendiri, ada jaringan rapi mulai dari Sumba sampai di Bali.  Saya menduga Nur dan Ahmad tadi adalah jaringan yang merekrut Ina di SBD lalu membawanya ke Bali untuk dijadikan pelacur,” kata Yusdi Diaz. Senin (13/11/2017) di rumahnya, menjelang subuh.[bbn/rls/psk]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami