Keluarga Tangkas Tidur Berenam di Gubuk Sempit Tanpa Aliran Listrik
Kamis, 12 April 2018,
03:20 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Beritabali.com.Buleleng, Nasib malang yang dialami Ketut Tangkas (32) dan keluarga yang harus tidur berenam didalam gubuk sempit berukuran 2 x 2 meter di Banjar Kauh Teben, Desa Jagaraga, Kec. Sawan, Buleleng.
[pilihan-redaksi]
Gubuk tempat Tangkas bersama Istrinya Luh Suarmini (32) dan keempat anaknya tidur merupakan bale bengong milik saudaranya, yang diberi dinding dari seng dan triplek bekas. Ia menceritakan bersama keluarga kecilnya harus berdesakan tidur di dalam gubuk sempit tersebut karena gubuk mereka tinggali sebelumnya roboh akibat diterjang hujan angin pada Desember 2017 lalu. Bisa dibayangkan, bagaimana pengap dan tidak nyamannya mereka tinggal berenam dalam gubuk dengan ukuran sesempit itu.
Gubuk tempat Tangkas bersama Istrinya Luh Suarmini (32) dan keempat anaknya tidur merupakan bale bengong milik saudaranya, yang diberi dinding dari seng dan triplek bekas. Ia menceritakan bersama keluarga kecilnya harus berdesakan tidur di dalam gubuk sempit tersebut karena gubuk mereka tinggali sebelumnya roboh akibat diterjang hujan angin pada Desember 2017 lalu. Bisa dibayangkan, bagaimana pengap dan tidak nyamannya mereka tinggal berenam dalam gubuk dengan ukuran sesempit itu.
"Sebelumnya saya tinggal disebelah sana (sambil menunjuk), namun roboh akibat diterjang hujan angin. Sekarang kita tinggal di bale bengong milik kakak ini, saya tutup dengan seng dan triplek agar punya tempat untuk tidur bersama istri dan anak-anak," ungkapnya.
Saat ini Tangkas tinggal satu pekarangan dengan rumah orang tuanya. Dalam pekarangan itu juga tinggal Lima saudaranya yang lain, dimana kondisi ekonominya juga sama seperti dirinya. Bahkan tempat tinggal Tangkas tidak memiliki aliran listrik, sehingga pada malam harinya hanya mengandalkan lampu Petromak. Tangkas yang tidak memiliki pekerjaan tetap, harus berusaha keras untuk bisa menafkahi keluarga kecilnya. Terlebih anak kelimanya saat ini baru berusia Lima hari, sehingga membutuhkan biaya untuk asupan gizi dan kesehatannya.
"Gubuk saya ini tidak ada listrik, hanya satu saudara saya ada listriknya. Itupun nyentel (ikut gabung-red) di tetangga," ungkap Tangkas.
Kondisi Tangkas yang serba kekurangan tersebut dibenarkan Sekretaris Desa Jagaraga Nyoman Satiawan ketika ditemui tim dikantornya. Satiawan membenarkan jika Tangkas merupakan salah satu warganya yang termasuk dalam keluarga miskin, sehingga Tangkas memperoleh bantuan sosial dari pemerintah seperti beras sejahtera dan juga Kartu Indonesia Sehat (KIS).
[pilihan-redaksi2]
Lebih lanjut, Satiawan menjelaskan jika orang tua Tangkas sebelumnya pada tahun 2010 telah memperoleh bantuan bedah rumah. Tak hanya orang tuanya, salah satu saudaranya juga memperoleh bantuan rehab rumah pada tahun 2014 yang lalu. Bahkan Tangkas sendiri sudah didaftarkan untuk dibantu bedah rumah dari oemerintah, namun hingga kini belum terealisasi.
Lebih lanjut, Satiawan menjelaskan jika orang tua Tangkas sebelumnya pada tahun 2010 telah memperoleh bantuan bedah rumah. Tak hanya orang tuanya, salah satu saudaranya juga memperoleh bantuan rehab rumah pada tahun 2014 yang lalu. Bahkan Tangkas sendiri sudah didaftarkan untuk dibantu bedah rumah dari oemerintah, namun hingga kini belum terealisasi.
"Pihak Desa telah mengusulkan bantuan bedah rumah untuk Tangkas tahun 2018 ini, namun belum bisa. Sehingga kita usahakan untuk bantuan rehab rumah, infonya pertengahan tahun ini bisa terealisasi. Untuk bantuan lain seperti beras sejahtera, KIS, keluarga Tangkas menerimanya," jelas Satiawan.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Pastika menitipkan sejumlah uang untuk dapat digunakan oleh keluarga Tangkas memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Secara khusus, Gubernur Pastika mengutus Staf Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali untuk meninjau sekaligus menyerahkan bantuan sementara kepada keluarga Tangkas pada Rabu (11/4). (bbn/rlspemprov/rob)
Berita Buleleng Terbaru
Reporter: -