Hanya Mitos, Larangan Keturunan I Dewa Babi Menyeberangi Nusa Penida
Minggu, 15 April 2018,
14:30 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Beritabali.com.Gianyar, Desa Batuan merupakan salah satu desa dengan budaya dan adat yang kental yang terletak di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Desa Batuan memiliki salah satu kepercayaan yang sampai saat ini apabila dilanggar akan menimbulkan bencana bagi masyarakat Desa Pakraman Batuan yaitu mitos I Gede Mecaling di Desa Pakraman Batuan, dimana masyarakat keturunan I Dewa Babi dilarang untuk menyeberangi Nusa Penida karena mitos tersebut.
[pilihan-redaksi]
Menurut salah satu keturunan I Dewa Babi, Dewa Nyoman Ratna menceritakan pada abad ke 17 telah terjadi silat lidah antara I Gede Mecaling dan I Dewa Babi.”Hal tersebut terjadi karena I Gede Mecaling merasa kena tamparan berat dari I Dewa Babi yang menyebabkan mereka ingin menunjukan kesaktiannya dengan melakukan perjanjian, barang siapa yang kalah maka harus bersedia diusir dari Desa Pakraman Batuan,” ujarnya Minggu (15/4).
Menurut salah satu keturunan I Dewa Babi, Dewa Nyoman Ratna menceritakan pada abad ke 17 telah terjadi silat lidah antara I Gede Mecaling dan I Dewa Babi.”Hal tersebut terjadi karena I Gede Mecaling merasa kena tamparan berat dari I Dewa Babi yang menyebabkan mereka ingin menunjukan kesaktiannya dengan melakukan perjanjian, barang siapa yang kalah maka harus bersedia diusir dari Desa Pakraman Batuan,” ujarnya Minggu (15/4).
I Gede Mecaling dan I Dewa Babi memperlihatkan kesaktiannya dengan menggunakan sarana babi guling. Dimana kaki depan dan kaki belakang diikat dengan tali kulit pohon pisang. Jika babi gulingnya sudah matang maka salah satu dari tali pengikatnya terbakar atau putus maka dari sanalah kekalahan bagi yang memilih tali tersebut.
[pilihan-redaksi2]
Sesudah sama-sama sepakat I Dewa Babi memilih tali benang sedangkan I Gede Mecaling memilih tali dari kulit pohon pisang. Ketika babi guling tersebut dibakar, tali yang putus terdahulu ialah tali dari kulit pohon pisang pilihan I Gede Mecaling. Hal tersebut berarti I Gede Mecaling kalah.
Sesudah sama-sama sepakat I Dewa Babi memilih tali benang sedangkan I Gede Mecaling memilih tali dari kulit pohon pisang. Ketika babi guling tersebut dibakar, tali yang putus terdahulu ialah tali dari kulit pohon pisang pilihan I Gede Mecaling. Hal tersebut berarti I Gede Mecaling kalah.
Untuk menepati perjanjian yang telah disepakati, meskipun bagi I Gede Mecaling menderita perasaan malu dan dendam, I Gede Mecaling tidak mau meminta waktu lagi dan segera pergi dari rumahnya. Dengan berat hati lalu I Gede Mecaling pergi ke Pulau Nusa Penida. Akhirnya sampailah I Gede Mecaling di Pulau Nusa Penida dan tempat tinggalnya juga di beri nama Jungut Batu. Dari sanalah I Gede Mecaling sangat murka dan I Gede Mecaling bersumpah akan membencanai warga Desa Pakraman Batuan, jika ada yang menyeberangi Nusa Penida.
Seiring berjalannya waktu, di zaman yang modern ini, Dewa Nyoman Wedana mengatakan bahwa cerita tersebut hanya mitos. “Zaman sudah modern, saya dan beberapa saudara tidak begitu saja mempercayai hal tersubut, terbukti saat saya dan keluarga berpergian ke Nusa Penida beberapa kali, dan astungkara sampai saat ini masih di beri kesempatan oleh Tuhan,” paparnya. (bbn/FisipUnud/rob)
Berita Gianyar Terbaru
Reporter: bbn/rls