search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bubuh Be Siap Maudus, Sajian Tradisional Warung Hingga Jamuan Hotel
Minggu, 11 November 2018, 13:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Usai mengunjungi Objek Wisata Alas Kedaton atau Jatiluwih lewat Desa Marga, jika kebetulan ingin menikmati kuliner, maka warung Men Tasik layak jadi rekomendasi.

Tidak sulit menemukannya, cukup menelusuri deretan toko-toko dimana banyak orang yang berdiri dan duduk ngantre di Banjar Lebah, Desa Marga tepatnya di pusat Kota Kecamatan Marga atau sekitar 25 Km ke arah utara Kota Denpasar.
 
 
Meski sederhana, sajian makanan tradisional Bali berupa bubuh be siap maudus atau bubur dengan daging ayam yang dimasak secara dengan bumbu khas yang istimewa. Bubuh ini memiliki rasa yang sangat enak dan khas. Bumbunya terasa pas, sehingga sekali mencicipi pasti dibuat ketagihan. 
 
Dalam satu porsi berisi bubuh, basa nyuh, basa lalah, jukut urab dan be siap maudus. Akan menjadi lebih mantap jika ditambah krupuk atau rempeyek (camilan tradisional Bali). Dalam penyajiannya sangat ramah lingkungan yaitu menggunakan piring yang memakai alas daun pisang.
 
Selain masyarakat lokal, orang keturunan Tionghoa yang sudah lama tinggal di Bali sering datang menikmati bubuh olahannya, bahkan ada yang sudah menjadi langganan. Tak terkecuali wisatawan asing yang diantar oleh pemandu dan perusahaan travel juga menyantapnya. Wajar, bubuh be siap maudus yang dijajakan mulai pukul 13.00 wita itu dalam 2 sampai 3 jam sudah habis. 
 
“Saya tak pernah berjualan sampai sore,” kata Ni Wayan Tasik pedagang bubuh be siap maudus itu.

Wayan Tasik merupakan pedagang generasi kedua. Ia melanjutkan ibunya (Men Tasik) yang sudah almarhum. Semua resep, baik bumbu dan cara mengolahan yang khas diwarisinya, sehingga pelanggan ibunya tetap mau datang. “Syukurnya saya bisa mengolah seperti ibu dulu,” ungkapnya.
 
Selain meladeni para pelanggan setianya, Wayan Tasik juga pernah diundang pengelola hotel di kawasan Kuta untuk menjajakan bubuh be siap maudus kepada para tamu hotel. Pernah juga menyiapkan bubuh be siap maudus khusus bagi karyawan hotel pada sebuah perayaan hari raya suci. “Saya pernah menyajikan dagangan di hotel untuk turis,” ujarnya. 

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami