Pis Bolong Digunakan Sebagai Alat Pembayaran di Bali Sejak Abad ke-10 Masehi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Pis bolong atau uang kepeng telah digunakan sebagai alat pembayaran di Bali sejak abad ke-10 Masehi. Data ini diperkuat dengan adanya temuan uang kepeng pada situs-situs arkeologi di seluruh Nusantara, khususnya situs-situs arkeologi Bali terutama pada situs-situs pemujaan atau bangunan-bangunan suci.
[pilihan-redaksi]
Demikian terungkap dalam sebuah artikel berjudul “Uang Kepeng Sepanjang Masa: Perspektif Arkeologi Dan Ekonomi Kreatif Di Provinsi Bali” yang ditulis oleh Ni Komang Ayu Astiti dan dipublikasikan dalam Forum Arkeologi, Volume 27, Nomor 1 tahun 2014.
Ni Komang Ayu Astiti menuliskan berdasarkan mitos, uang kepeng dibawa ke Bali abad ke-11 Masehi oleh Tang Ci Keng seorang putri Cina dari Dinasti Song yang menikah dengan Raja Bali Sri Jaya Pangus. Namun kenyataannya di Bali banyak ditemukan uang kepeng yang berasal dari sebelum abad ke-11 Masehi. Hal ini menunjukan sudah ada kontak atau hubungan dengan Cina yang diperkirakan melalui jalur perdagangan. Menurut berita dari Dinasti Tang, pada abad ke-7 Masehi di Bali telah beredar uang kepeng Cina yang diduga pada awalnya sebagai alat tukar.
Masyarakat Hindu di Bali hingga kini masih akrab dengan uang kepeng, meskipun sejak tahun 1951 pemerintah RI telah mengeluarkan undang-undang tentang uang RI sebagai alat pembayaran yang sah, uang kepeng tetap dimanfaatkan sebagai sarana upacara keagamaan di Bali. Uang kepeng dalam upacara keagamaan berfungsi sebagai sesari, pengurip-urip dan berperan sebagai simbol.
[pilihan-redaksi2]
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar diketahui bahwa uang kepeng tersebut sebagian besar berasal dari Cina dari periode yang berbeda. Uang kepeng berasal dari Dinasti Tang abad ke-8 sampai 10 Masehi, Dinasti Ming abad ke-13 sampai 14 Masehi, dan Dinasti Qing abad ke-17 sampai 20 Masehi.
Uang kepeng yang paling banyak ditemukan di Bali adalah produk Cina lebih dikenal dengan nama pis bolong Cina yang dapat dikenali dari huruf yang tercetak pada kedua permukaannya. Kepeng Cina berisi huruf kanji pada kedua bagian permukaannya atau jou, permukaan atas disebut mien atau sleh maupun pada permukaan bawah yang disebut pei atau trep. Lubang atau hao berbentuk persegi. Pada bagian muka tertulis informasi tentang gelar kaisar Cina yang sedang memerintah.
Uang kepeng yang beredar di Bali terus mengalami perkembangan, sehingga dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, uang kepeng asli Cina, Jepang, dan Vietnam yang berisi tulisan huruf kanji. Kedua, uang kepeng lokal Nusantara yang berhuruf Jawa Kuno, berhuruf Arab, dan berhiaskan bentuk wayang atau flora lokal. Ketiga, uang kepeng masa kini atau tiruan. [bbn/ Forum Arkeologi/mul]
Reporter: bbn/mul