Mabayuh Oton Sebagai Upaya Memusnahkan Karakter Buruk
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Upacara Mabayuh Oton merupakan salah satu upacara manusa yadnya yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari belenggu Sad Ripu atau sifat-sifat keraksasaan yang dibawa sejak lahir.
Sehingga upacara mebayuh oton identik dengan upaya memusnahkan karakter buruk yang sudah dibawa dari lahir. Demikian teruangkap dalam artikel berjudul “Aspek Fungsional Upacara Mabayuh Oton” yang dipublikasikan dalam Jurnal Dharmasmrti,Volume XVI Nomor 01 tahun 2017.
Penulis artikel Ida Ayu Komang Arniati dari Universitas Hindu Indonesia menuliskan sesuai pandangan naturalistik karakter anak selain dibentuk karena faktor lingkungan juga faktor bawaan sejak lahir.
Umat Hindu meyakini karakter anak bisa dibawa sejak lahir. Apabila anak memiliki utang atau kapiutangan saat ia lahir, maka akan berdampak pada karakternya kelak ketika ia sudah dewasa.
Guna memusnahkan karakter buruk yang sudah dibawa dari lahir itu, masyarakat Bali melakukan upacara mabayuh oton. Masyarakat Bali percaya dan berdasarkan pengalaman beberapa masyarakat, karakter anak itu setelah dibayuh berangsur menjadi lebih baik.
Upacara Mabayuh oton sebagai suatu kebudayaan karena merupakan nilai kearifan lokal atau local jenius masyarakat Bali yang sudah dipelihara dari masa nenek moyang.
Pelaksanaan upacara mabayuh oton ini juga merupakan wujud kebudayaan dan sebagai sesuatu komplek aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia.
Upacara mebayuh oton biasanya diperingati dengan menentukan hari, umumnya dipakai adalah wewaran dan wawukon. Wewaran yang umum dipergunakan adalah dua yaitu Panca Wara yang terdiri dari Umanis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Yang kedua adalah Sapta Wara, yaitu Redite, Coma, Anggara, Budha, Wraspati, Sukra, dan Saniscara.
Sedangkan Wawukon adalah Shinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbereg, Wariga, Warigadean, Julungwangi Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Kelurut, Merakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uye, Menahil, Perangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Klawu, Dukut lan Watugunung.
Rentetan prosesi upacara mabayuh oton diawali dengan acara mewacakan kepada orang suci. Mewacak ini dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala kurang baik yang ada pada diri anak berdasarkan hari kelahirannya.
Setelah diwacak baru ada kesepakatan antara orangtua dan Pendeta bahwa akan dilakukan upacara mabayuh oton baik menyangkut waktu, tempat, dan sarana-prasarana (bebantenan) yang digunakan untuk penebusan.
Reporter: bbn/mul