search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
BABS dan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali
Kamis, 18 Juli 2019, 09:22 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) masih ada di Bali. Ribuan warga di Bali diperkirakan masih melakukan kebiasaan BABS.
 
[pilihan-redaksi]
Keluarga Ni Nengah Wenten (54) adalah salah satu potret warga miskin yang masih melakukan kebiasaan BABS. Wenten tinggal bersama seorang anaknya yang menyandang keterbelakangan mental di Dusun Tukad Sabuh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.
 
Di tengah kondisi miskin, Nengah Wenten yang kini hidup menjanda tak mampu membuat sarana mandi cuci kakus (MCK), termasuk jamban untuk buang air besar. Setiap hari, ia dan anaknya buang air besar di area perkebunan salak dan tegalan yang ada di sekitar rumahnya. Saat malam hari, lokasi buang air besar di kebun atau tegalan dalam kondisi gelap gulita karena tidak ada lampu penerangan. 
 
Kondisi keluarga Nengah Wenten yang masih buang air besar sembarangan (BABS) ini perlu mendapat atensi serius Pemerintah Propinsi Bali. Tak hanya Nengah Wenten, ribuan warga Bali lainnya kini diperkirakan masih menjalani perilaku BABS.
 
Arah kebijakan dan program Pemerintah Provinsi Bali yang akan dilaksanakan saat ini adalah Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan. Melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai pancasila.
 
Jika masih ada ribuan warga Bali yang "meju" sembarangan, lalu bagaimana bisa dikatakan menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali secara sekala maupun niskala? Jika Nengah Wenten dan anaknya BABS di area kebun salak dan tegalan, di lain tempat, mungkin saja ada warga yang BABS di sungai, muara sungai yang mengarah ke laut, di pinggir pantai, atau mungkin tempat-tempat lainnya yang tidak pantas. 
 
Tentu ini sangat bertentangan dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" tersebut. Karena dengan perilaku BABS sudah pasti alam menjadi kurang suci dan harmonis baik sekala maupun niskala (nyata dan tidak nyata).
 
[pilihan-redaksi2]
Data Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan masih ada sekitar 25 juta orang di Indonesia yang buang air besar sembarangan (BABS). 
 
Sementara untuk wilayah Bali belum ada data pasti terkait warga yang BABS, namun jumlahnya diperkirakan ribuan orang. Dengan kondisi ini, Pemerintah Propinsi Bali harus mulai memberi perhatian serius terhadap hal ini dengan mulai membantu warga membangun fasilitas MCK terutama di wilayah-wilayah kategori miskin di Bali. 
 
Di India, angka orang dengan perilaku BABS sebelumnya mencapai 500 juta orang. Namun pada 2018, jumlahnya sudah menurun hingga tersisa sekitar 150 juta orang. Hal ini ini tentu patut menjadi contoh bagi Pemerintah Propinsi Bali dalam penanganan perilaku BABS. [bbn/editorial/psk]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami