Beritabali.com, Denpasar. Tanya : “Dokter Oka yang baik, aku saat ini sedang hamil tiga bulan, sejak baru awal tahu hamil sampai dengan hari ini aku dan suami belum pernah ML lagi. Suami sudah ingin sekali berhubungan seksual, apakah berbahaya jika melakukan ML saat hamil dan bagaimana solusinya jika tetap ingin melakukannya Dok?” (Nila,24)
[pilihan-redaksi]
Jawab: Hubungan seks adalah juga bentuk pernyataan kasih sayang, kebersamaan dan kedekatan perasaan dalam hubungan seorang perempuan dengan pasangannya, termasuk bagi perempuan yang sedang hamil. Saat hamil, sering kali muncul keragu-raguan bahkan ketakutan untuk melakukan hubungan seks. Banyak pertanyaan sering ditanyakan seputar hubungan seks selama hamil. Apakah hubungan seks harus dihindari oleh ibu hamil? Apakah hubungan seks aman bagi bayi yang dikandung? Apakah orgasme dapat membahayakan kehamilan? Atau posisi seperti apa yang aman bagi ibu hamil saat berhubungan seks? Dan banyak pertanyaan lainnya.
Tentu saja hal penting yang harus dilakukan oleh pasangan suami isteri pertama-tama adalah memeriksakan dan konsultasikan dulu kehamilannya untuk memastikan kandungan sehat dan normal. Jika kandungan sehat dan normal, maka jawabannya adalah ibu hamil boleh melakukan hubungan seks seperti biasa. Jadi hubungan seks akan aman jika kehamilan dalam keadaan normal. Hubungan seks tidak akan menciderai janin karena janin terlindung secara alamiah oleh selaput yang menutup jalan lahir, yang sekaligus melindunginya terhadap kuman yang dapat masuk ke dalam rahim. Janin pun saat kehamilan berada di dalam rahim yang berisi cairan ketuban yang juga melindunginya.
Pada beberapa keadaan hamil, beberapa perempuan justru menjadi lebih mudah terangsang, dan klimaks lebih cepat, sering, dan banyak laki-laki merasakan bahwa perempuan yang hamil lebih seksi dari sebelumnya. Selama melakukan hubungan seks dengan puncaknya akan mengalami orgasme, ibu hamil akan mengalami kontraksi rahim ringan selama beberapa menit, hal ini normal sebagai tanda orgasme dan bukan masalah bagi janin. Tetapi tentu saja perhatikan dan hindari dulu berhubungan seks jika selama berhubungan seks mengalami gejala yang tidak biasa seperti rasa nyeri, kontraksi atau kram yang terus menerus dan terjadi perdarahan.
Hubungan seks saat kehamilan baru disebut beresiko jika kehamilan termasuk ke dalam kehamilan dengan kategori risiko tinggi atau adanya indikasi terjadi komplikasi. Misalnya dalam keadaan: pernah mengalami keguguran atau terindikasi adanya ancaman keguguran, air ketuban sudah pecah, telah terjadinya pembukaan jalan lahir, riwayat kelahiran prematur, plasenta letak rendah hingga dalam kasus pasangan mengidap Infeksi Menular Seksual. Beberapa Seputar Perubahan Yang Perlu Diketahui Selama Hamil
1. Trimester Pertama. Kelelahan di bulan-bulan awal, bersamaan dengan mual dan takut keguguran, ternyata hubungan seks dilaporkan dirasakan tidak nyaman bagi banyak perempuan. Jikalau dirasa tidak nyaman, sebaiknya hubungan seks jangan dulu dilakukan di saat ini.
2. Trimester Kedua. Lonjakan hormonal berhenti. Kelelahan dan mual-mual di pagi hari biasanya berkurang, ketakutan akan kejadian keguguran semakin menurun, dan banyak perempuan menunjukkan peningkatan gairah seksual. Saat ini jangan disia-siakan, silakan berhubungan seks dengan pasangan, karena hal ini juga bisa berarti suasana baru bagi laki-laki yang melihat perempuan hamil bergairah kembali. Jadi bisa kembali menikmati perasaan erotis baru dari pasangan adalah sesuatu yang sangat menarik. Meningkatnya sensitivitas di zona erogen atau daerah peka rangsangan seksual sangat membuat mereka lebih antusias untuk melakukan hubungan seks selama trimester ini.
[pilihan-redaksi2]
3. Trimester Ketiga. Sering kali justru pada bulan-bulan akhir ini kembali muncul rasa tidak nyaman karena merasa perut terlalu besar, terlalu aneh, atau terlalu sibuk dengan persiapan persalinan dibanding dengan menikmati hubungan seks. Pada trimester ketiga, kebanyakan perempuan menyatakan bahwa mereka lebih berfokus pada persiapan menjadi ibu bukannya hal-hal seksual. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa risih untuk berhubungan, walau sesungguhnya silakan saja untuk tetap berhubungan seks asalkan tidak mendekati saat hari persalinan.
Posisi Berhubungan Seks Yang Aman
Berbaring atau terlentang adalah posisi yang perlu dihindari oleh ibu hamil, karena hal ini dapat membuat vena rahim menekan vena besar, jadi posisi misionaris di mana laki-laki berada di atas tubuh perempuan tidak lagi menjadi posisi ideal bagi ibu hamil. Yang paling penting dari posisi berhubungan seks adalah jangan meletakkan berat badan laki-laki ke perut ibu hamil atau batasilah tekanan-tekanan di perut ibu hamil. Tetapi sekali lagi, tentu saja hubungan seksual tetap dapat dinikmati. Ada beberapa posisi yang dapat dilakukan saat berhubungan seks dengan ibu hamil:
1. Posisi ibu hamil di atas. Posisi ini merupakan posisi yang paling baik digunakan oleh ibu hamil, karena dalam posisi ini ibu hamil dapat mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi.
2. Posisi berbaring miring. Posisi berbaring miring berhadapan mungkin dapat dilakukan saat pertengahan kehamilan ketika perut belum terlalu besar. Namun jika, perut ibu hamil sudah mulai membesar, posisi miring ini dapat dilakukan dengan posisi pasangannya berada di belakang ibu hamil.
3. Posisi ibu hamil berlutut. Ibu hamil berlutut dan dibantu dengan meletakan bantal di bawah perutnya dengan tujuan mengganjal, dan pasangannya dapat melakukan penetrasi dari belakang.
4. Posisi ibu hamil duduk. Posisi ini juga memungkinkan ibu hamil mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi. Posisi ini biasanya dilakukan pada kehamilan pertengahan ketika tidak memerlukan banyak gerakan. Suami duduk dan ibu hamil duduk di atasnya saling berhadapan, atau jika kehamilan sudah membesar, ibu hamil bisa duduk sambil membelakangi pasangannya. (bbn/dr.oka negara/rob)