Hari Raya Imlek Adalah Penanggalan Khonghucu
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sistem penanggalan lazimnya terkait dengan suatu kepercayaan/keyakinan (agama). Karena memang penanggalan diadakan untuk memberikan penangalan bagi umat (beragama), utamanya dalam melakukan ritual/persembahyangan (ibadah) seperti yang dituntunkan dalam Kitab Suci sebagai panggilan iman.
[pilihan-redaksi]
Ada Tiga system penanggalan yang dikenal yakni: Pertama adalah Lunar (Bulan) system (penanggalan Hijriah : satu tahunnya 354 hari), Perhitungan: Bulan mengelilingi Bumi. Kedua Solar (Matahari) sytem, (penanggalan Masehi: satu tahunnya 365 ¼ hari). Perhitungan: Bumi mengelilingi Matahari. Selisih inilah yang menyebabkan Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya maju 11 hari dibandingkan penanggalan Masehi.
Ketiga Luni-Solar system, merupakan gabungan dari kedua system di atas (penanggalan Pertanian, (Nong Li); yang kemudian hari dikenal sebagai penanggalan Khonghucu, (Kongzi li).
Dimana selisih hari dari kedua system itu dikonversikan dengan apa yang disebut bulan kabisat (Run Yue) dengan perhitungan setiap (siklus) 19 tahun dilakukan penyesuaian (disisipkan bulan kabisat) sebanyak 7 kali, (19 X 11 = 209 equivalent dengan 7 bulan).
Dengan demikian, hari raya Tahun Baru penanggalan Khonghucu, Kongzi li, setiap tahunnya jatuh pada kisaran da han (20/21 Januari) dan yu shui (18/19 Februari), karena perhitungan tertentu dengan adanya bulan kabisat sebanyak 7 kali dalam 19 tahun.
Baginda (Yao) bersabda, “O ! kamu, Xi dan He, camkan, setahun itu ada 366 hari”;Dengan mengingat adanya bulan kabisat, tetapkanlah ke empat musim dalam setahun. Aturlah beratus pekerja itu sehingga semua pekerjaan sepanjang tahun terselenggara baik.
(Tang Shu-Yao Dian). Penyebutan penanggalan Yinli/Imlek untuk penanggalan Khonghucu, sebenarnya salah kaprah.
Karena Yinli/Imlek menunjuk pada Lunar system sedang untuk Solar system disebut Yangli/Yanglek maka untuk penyebutan penanggalan Khonghucu, Kongzi li yang merupakan gabungan dari Lunar system dengan Solar system (Luni-Solar system) seharusnya Yinyangli / Imyanglek.
Kenapa disebut penanggalan Khonghucu, - Kongzi li?
System penanggalan ini mempunyai sejarah yang panjang dan unik, sejak pertama kali dibuat (era Huang Di; 2697 s.M - 2598 s.M), penentuan Tahun Baru nya mengalami perubahan dari satu dinasti ke dinasti yang lain.
Nabi Khongcu (551 s.M - 479 s.M) yang hidup pada zaman Chun Qiu akhir era dinasti - Zhou (1122 s.M - 255 s.M), menyerukan untuk menggunakan penanggalan dinasti - Xia (2205 s.M - 1766 s.M) karena Nabi Khongcu melihat bahwa penentuan Tahun Baru seyogyanya dikaitkan dengan ketepatan perhitungan musim yang juga merupakan aspek kultural-filosofis dimana akan memudahkan rakyat dalam bercocok-tanam.
Hal ini mengingat pula begitu pentingnya aspek ketepatan musim tanam, di awal musim semi bagi masyarakat agraris, yang menumpukan hidupnya dengan bersawah-ladang, yang mana hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pokok umat manusia. Mereka adalah rakyat berbagai bangsa, berabad-abad sehingga sekarang. Inilah Wahyu Tian (Tian Ci) yang diturunkan bagi kesejahteraan insan ciptaanNya melalui Nabi Khongcu!
Nabi (Khongcu) bersabda : “Pakailah penanggalan Dinasti Xia.” (Lun Yu XV: 11) Pada saat itu, penguasa belum/tidak memperhatikan Sabda Nabi Khongcu tersebut (hanya raja yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan system penanggalan dengan Tahun Baru nya).
Namun Tian/Tuhan YME berkehendak lain, pada zaman Dinasti Han, raja ke VI; - Han Wu Di, pada tahun 104 s.M, mencanangkan penggunaan system penanggalan seperti yang di Sabdakan Nabi Khongcu.
Dan awal tahunnya ditentukan dengan menggunakan tahun kelahiran Nabi Khongcu (551 s.M). Itulah sebabnya perhitungan penanggalan Khonghucu, Kongzi li, Tahun ini menunjuk angka 2569 Tahun (551 s.M + 2018 M).
Sejak itu, penggunaan system penanggalan ini sampai sekarang tidak pernah berubah lagi. Seandainya Han Wu Di tidak mencanangkan system penanggalan seperti yang di-Sabda-kan Nabi Khongcu, maka orang tidak akan pernah tahu apa yang terjadi (menggunakan system yang mana dan kapan penentuan tahun barunya).
Karena orang menggunakan system penanggalan seperti yang dicanangkan oleh - Han Wu Di yang bersumber dari Sabda Nabi Khongcu, maka system penanggalan yang digunakan sekarang ini disebut penanggalan Khonghucu, - Kongzi li.
Dalam buku : A History of Chinese Philosophy, Fung Yu Lan menyebut ; Confucius as a Creator Through Being a Transmiter
(Nabi Kongcu sebagai seorang pencipta lewat karya meneruskan)
Makna Filosofis Tahun Baru bagi Umat Khonghucu Berbicara mengenai makna Tahun Baru, apanya yang baru????
Iman Khonghucu menegaskan: ‘Baru’ (Xin) mempunyai dimensi yang bisa berarti: ‘Awal atau Pada-mulanya’ bertujuan memperbaiki (memperbaharui), bermaksud selalu ‘Baharu’, dengan artian: agar ‘lebih baik dan lebih baik lagi’. “Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!” (- Thai Hak II: 1). Dimanakah konteks relevansi akan nilai Religi dalam setiap Tahun Baru?
Kalau dihubungkan dengan konsep imani - Tian (Tuhan/Sang Khalik)’, - Di (Bumi/Sarana)’ dan Ren (Manusia)’ dalam - Ru Jiao (Agama Khonghucu), maka ada makna yang tersirat dalam hubungan ini; Bukankah Dia sang khalik menjadi ‘- Zhong Shi’ (Prima Causa-CausaFinalis) semesta dan turunannya berarti ada awal dan akhir? Dimana orang mau mengawali dan kapan akan mengakhiri? Ini semua berada pada ‘titik’ relatif imagi manusia.
Maka tahun baru, senantiasa berarti ‘kesempatan baru’ ( Xin De Ji Hui).Bukankah bumi menjadi ‘sarana’ yang menyediakan semua? Hanya mungkin ada yang ‘salah’ dalam mengelolanya. Orang mau ‘mencari’ atau men ‘sia-sia’ kannya, Bumi tetap menyediakan Harapan bagi insan beriman. Maka tahun baru, selalu merupakan ‘harapan baru’ ( Xin De Xi Wang). Bukankah manusia adalah ciptaanNya, yang ter ‘mulia’, mengapa manusia tak berdaya- usaha dan ulet bekerja? manusia seharusnya dengan Iman dan Taqwa berupaya selaras (bahagia) di dalam Jalan SuciNya (Le Tian).
Maka tahun baru, adalah sebuah ‘perjuangan baru’ (Xin De Tiao Zhan) Tian; Tuhan/Sang Khalik memberi Kesempatan, Di; Bumi/Sarana menyediakan Harapan, Ren; Manusia harus Berusaha! Dari uraian di atas, jelas dan tegaslah bahwa apa yang dimaksud dengan penyebutan ‘kaprah’ penanggalan Yinli/Imlek yang benar dan seharusnya adalah disebut penanggalan Khonghucu, Kongzi li.
Dan itu bukan sekedar Tradisi yang tanpa bersumber kepada Kitab Suci (Khonghucu) yang diwahyukan Tian, Tuhan Sang Khalik. Lebih-lebih dari anggapan sekedar sebagai ‘Tahun Baru nya Etnis Tionghoa’ belaka, ataupun hanya suatu ‘perayaan’ yang diwujudkan dengan segala bentuk ‘euforianya’.
Melainkan memuat ‘Makna Suci’ sebagai ‘Panggilan Ibadah’ yang luhur dan mulia bagi umat yang mengimaninya, dan ini semua bukannya tanpa ‘apa’ dan ‘mengapa’.
Apa makna Tahun Baru Imlek bagi Umat Khonghucu?
Makna Tahun Baru ‘Imlek’ bagi Umat Khonghucu, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua aspek. Pertama, aspek Iman; Terkait dengan ritual/persembahyangan sesuai yang dituntunkan di dalam Kitab Suci, berikut ejawantah (kewajiban) dalam kehidupan sosialnya sebagai panggilan dari ibadahnya.
Kedua, aspek Cultural-Filosofis; terkait dengan musim awal tanam (musim semi) dan spirit San Cai: Tian, Tuhan sang Khalik memberi Kesempatan (baru) di Bumi/sarana menyediakan Harapan (baru) Ren, manusia memperjuangkan/usaha (baru). Posisinya dengan makna tahun baru bagi Etnis Tionghoa? Sejarah mencatat, Ru Jiao (agama Khonghucu) adalah agama yang paling tua (awal) di Tiongkok. Agama ini sangat mempengaruhi kehidupan rakyat Tiongkok dan diajarkan turun temurun (dalam keluarga) hingga sekarang.
Ketika agama lain masuk ke Tiongkok, ajaran ini tetap membudaya dalam kehidupan sosial masyarakat Tionghoa sebagai etika moral (Khonghucu). Demikian pula halnya terkait ‘Tahun Baru’ Khonghucu, orang Tionghoa (apapun agamanya) masih ada ikatan batin, sehingga mereka tetap merayakannya sebagai budaya.
Ketiga, biasanya apa yang dilakukan MATAKIN ( Majelis Tinggi Agama Khonghucu) untuk merayakan imlek? MATAKIN sebagai (satu-satunya) lembaga keagamaan Khonghucu yang menaungi Umat Khonghucu di seluruh Indonesia, sejak zaman Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur) yang telah mengembalikan hak sipil Umat Khonghucu, yakni mencabut Inpres no. 14 tahun 1967 dengan mengeluarkan Kepres no. 6 tahun 2000) hingga sekarang, setiap Tahun Baru ‘Imlek’ Matakin melaksanakan ritual peribadahan sekaligus perayaannya secara Nasional.
Keempat, bagaimana sejarah imlek menurut Matakin? Sejarah Tahun Baru ‘Imlek’, seperti yang diuraikan dalam ‘prolog’ adalah sesuatu yang merupakan Firman Tian melalui Nabi Khongcu. Bukan menurut Matakin atau menurut siapa (pun). Matakin hanya melakukan peng’lurus’an dari apa yang dipahami orang secara salah kaprah.
Kelima, bagaimana pendapat anda toleransi kerukunan beragama? Dalam hal toleransi seperti yang dimaksud dalam pertanyaan di atas, seharusnya dipahami paling tidak dalam tiga aspek, yakni toleransi, solidaritas dan harmonis dalam satu pengertian yang utuh.
Toleransi; menghargai/ menghormati eksistensi keberadaan pihak lain. Solidaritas, ada rasa tepasalira sehingga tidak melecehkan pihak lain, karena itu tentunya hal yang tidak diinginkan mengenai pada dirinya, sebaliknya secara sadar membangun kebersamaan. Harmonis sebagai upaya mewujudkan ‘menerima’ perbedaan, tidak memaksa kehendak bahwa diri sendirilah yang paling ‘benar’.
Penulis:
Alm.Bratayana Ongkowijaya SE, XDS.
Wei De Dong Tian
(Hanya Kebajikan Tuhan Berkenan)
Reporter: bbn/opn