Pandemi Corona, Mpu Jaya Prema Usul Tak Ada Pawai Ogoh-Ogoh di Bali
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Dalam unggahan via media sosial, Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda menanggapi soal penanganan virus corona di Bali, salah satunya ia mengimbau untuk tidak ada arak-arakan ogoh-ogoh menyambut Nyepi berdasarkan wabah covid 19 sudah dinyatakan pandemi.
[pilihan-redaksi]
Dikatakan, India yang sebelumnya belum terkena kasus corona menutup diri dengan tidak membolehkan turis datang ke negeri itu. Bioskop juga sudah ditutup di New Delhi.
"Ini kabar dari Ida Rsi Putra Manuaba yang ada di sana. Mencegah lebih bagus dari terlanjur kena corona. Di daerah lain ada imbauan jangan datang ke tempat ramai. Di Jakarta orang berkumpul lebih dari 25 orang disarankan tak boleh," ungkapnya dalam status.
Menurutnya, Corona sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Begitu satu kena, lingkungan juga kena. Bagaimana Bali?
"Apa ada imbauan tak ramai-ramai mengarak ogoh-ogoh nyepi? Atau biar saja? Entahlah. Selamat nyanggra Nyepi," sebutnya.
Senada dengan Mpu Jaya Prema Prof Dr AA Gde Muninjaya menjelaskan belajar dari Wuhan sebagai pusat awal virus corona. Langkahnya tepat, kota ditutup total begitu juga wilayah sekitar.
"RS darurat dibuat. Selama 2 bulan tutup total dan isolasi. Kini (berita kemarin) tak ada lagi virus corona di Wuhan. RS darurat sudah dihentikan. Sebentar lagi kota akan dibuka," ungkapnya.
Dia melanjutkan targetnya dalam sebulan Wuhan bisa pulih karena orang percaya tak ada virus. Mahasiswa dari penjuru dunia dan turis akan kembali ke Wuhan.
"Jadi hanya perlu 3 bulan atau 4 bulan sejak virus corona ditemukan. Langkah seperti itu meski terlambat karena sebelumnya dianggap remeh, kini diikuti Italia dan Korea setelah virus mematikan banyak orang," sebutnya.
Belajar dari itu India malah lebih berani, sejak 2 hari lalu semua turis ke India dilarang masuk, bioskop pun ditutup. Penutupan total dilakukan sampai 15 April.
"Kalau Bali salah langkah bisa-bisa virusnya hilang tapi orang tak percaya dikira masih ada, lalu takut datang. Bagaimana orang percaya kalau gebrakan lawan virus tak ada? Orang kan mikir, apalagi kematian pertama virus corona di Indonesia itu justru di Bali. Ada sesonggan Bali, takut ngetel payu mekebyos. Yang penting ada gerakan nyata, urusan kemudian serahkan pada Tuhan, lewat doa ngrestiti yang gumi Baline. Suksma untuk direnungkan," pungkasnya.
Reporter: bbn/tim