Kena Virus Corona Bisa Akibatkan Gangguan Kesuburan?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: “Dok, adik sepupuku kan kena gondongan. Pipi kiri dan kanannya sampai ikut bengkak. Katanya penyebabnya virus, dan bisa bikin mandul pada laki-laki. Apa benar Dok? Aku juga sekarang jadi was-was karena beredar kabar lain kalau virus Corona bisa mengakibatkan gangguan kesuburan. Ini apa juga benar, Dok?
Sekalian jelaskan tentang virus Corona ini dong dok, kan lagi heboh. Terus apa yang bisa remaja seperti aku ini lakukan di saat sekarang?” (Indra, 17)
Jawab:
Memang benar, penyakit gondongan, atau gendongan, yang istilah kedokterannya adalah parotitis dapat mengakibatkan kemandulan atau gangguan kesuburan. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menyebabkan bengkak serta rasa sakit pada kelenjar parotis yang terletak di antara telinga dan rahang.
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya karena dapat sembuh dengan cepat, tetapi perlu perhatian khusus apabila terjadi pada anak laki-laki. Jika virus sudah menyerang testis atau buah pelir, ada kemungkinan akan bisa mengakibatkan peradangan testis dan menganggu sistem reproduksi.
Gondongan yang menyerang testis akan menganggu kualitas sperma. Diperkirakan ini terjadi pada 20 persen laki-laki yang kena gondongan. Efek samping yang paling bermasalah dari komplikasi ini adalah gangguan kesuburan secara permanen (kemandulan), meski jarang sekali terjadi.
[pilihan-redaksi]
Laki-laki yang mengalami komplikasi semacam ini biasanya mengalami kerusakan pada sel-sel yang menghasilkan sperma di testis. Lalu, bagaimana dengan virus Corona? Memang sempat beredar beberapa artikel yang dinyatakan tulisan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa virus Corona yang baru atau 2019-nCoV dapat mengakibatkan kerusakan pada testis dan ginjal, tetapi tentu saja hasil penelitian ini masih sangat baru dan perlu dipastikan lagi kebenarannya dengan serangkaian penelitian lain.
Rupanya belum beberapa lama, tulisan tersebut justru disangkal langsung oleh pihak peneliti lain dan pemerintah China yang menyatakan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona tidak benar akan mengalami gangguan kesuburan. Sehingga tulisan ilmiah sebelumya akhirnya dihapus dari publikasi.
Memang ini sebenarnya dapat dipahami, karena infeksi virus Corona ini masih baru saja terjadi, sementara untuk membuktikan sebuah pernyataan sebagai sebuah kesimpulan pasti memerlukan serangkaian dan banyak penelitian untuk membuktikannya dengan metode ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan.
Jadi sementara yang bisa disebutkan adalah belum ada bukti bahwa virus Corona bisa mengakibatkan gangguan kesuburan. Sekarang mari kita bahas tentang virus Corona. Bakal panjang penjelasannya. Virus Corona sebenarnya adalah sekumpulan virus serupa yang jika ditelusuri memiliki tipe dan bentuk serupa bermahkota.
Jenis virus ini bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat. Virus Corona ini jenisnya banyak, dan beberapa yang pernah membuat permasalahan kesehatan adalah Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Jenis virus Corona yang sedang mewabah saat ini adalah Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), virus Corona jenis baru yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Virus ini adalah virus yang juga menyerang sistem pernapasan.
Penyakit karena infeksi virus Corona ini disebut COVID-19.
Diduga pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 ini ditetapkan oleh WHO sejak tanggal 11 Maret 2020. Pandemi artinya bahwa kejadian infeksi ini telah menyebar ke sebagian besar daerah dan negara di dunia, bahkan hampir di seluruh dunia, sehingga membutuhkan keseriusan dari semua negara untuk menanggulanginya.
Saat ini sudah lebih dari 100 negara terkena. Tercatat pada tanggal 15 Maret 2020 di dunia lebih dari 120.000 kasus positif, dengan kematian sekitar 4.300 jiwa. Di Indonesia ada 96 kasus positif, 4 meninggal dunia. Covid-19 bisa memperlihatkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti hidung berair dan meler, sakit kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam; atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Namun, secara umum ada 3 gejala yang bisa menandakan seseorang terinfeksi, yaitu: 1) Demam 2) Batuk 3) Sesak napas. Menurut penelitian, gejala Covid-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus Corona. Pasien biasanya akan ditanyakan riwayat bepergian ke daerah terinfeksi dan riwayat kontak dengan orang terinfeksi.
Pasien juga biasanya akan diperiksa darah dan dilakukan rontgen dada, Untuk menegakkan diagnosis pastinya dilakukan pemeriksaan menggunakan PCR dari bahan swab tenggorokan, jika hasilnya positif itu berarti seorang sudah terinfeksi atau disebut Covid-19 positif.
Bagaimana penularannya? Sumber penularannya adalah percikan ludah dari penderita. Disebut dengan “droplet’ yang mengandung banyak virus. Seseorang dapat tertular melalui berbagai cara, yaitu: 1) Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita. 2) Memegang mulut dan hidung atau mengucek mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita. 3) Kontak jarak dekat dengan penderita Covid-19, misalnya berpelukan, bersentuhan atau berjabat tangan.
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang sedang sakit, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah. Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti pneumonia, infeksi sekunder pada organ lain, gagal ginjal, acute cardiac injury, acute respiratory distress syndrome, hingga kematian.
Tetapi pada mereka yang sehat dan bugar, juga tidak sedang sakit lain, angka kesembuhan sangat tinggi. Jauh di bawah MERS, SARS, bahkan infeksi lain seperti Demam Berdarah dan TBC. Angka kematian disebutkan berkisar 2-3 persen saat ini secara global.
Apakah bisa disembuhkan? Covid-19 belum bisa diobati, belum ditemukan obat tepat, tetapi sesungguhnya kesembuhan alamiahnya sangat tinggi selama daya tahan tubuh bagus. Namun saat perawatan rawat jalan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejala yang muncul, misalnya memberikan obat pereda demam dan nyeri, memberikan obat untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan, menganjurkan penderita untuk istirahat yang cukup dan tidak keluar rumah untuk mencegah penyebaran virus, menganjurkan banyak minum air putih guna menjaga kadar cairan tubuh serta antibiotik jika ada infeksi sekunder dari bakteri dan vitamin secukupnya.
Bagaimana pencegahannya? Sampai saat ini, belum resmi ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut: Sebarkan sebanyak-banyaknya informasi yang benar ke berbagai media, termasuk kepada anak-anak.
Hindari dulu saat ini bepergian ke kerumunan masa, termasuk ke daerah atau negara lain yang jelas-jelas ditemukan adanya penularan virus Corona dalam jumlah banyak. Rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer setelah beraktivitas di luar ruangan. Kalau perlu selalu mandi setiba di rumah. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum yang ada keramaian, terutama juga jika datang ke klinik atau rumah sakit, yang kita tidak lagi bisa tahu jika ada yang terinfeksi.
Gunakan masker jika merasa ada batuk dan pilek, atau tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan. Hindari berdekatan dengan seseorang yang sedang sakit. Minta yang bersangkutan gunakan masker jika batuk pilek dan anjurkan periksa ke dokter. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh orang banyak misalnya tombol lift, pegangan pintu, pegangan tangga, dll dan tingkatkan kebersihan lingkungan.
Lakukan selalu pola hidup sehat dengan mengelola stress, istirahat cukup, mengkonsumsi makanan bergizi, minum air putih yang cukup, dan vitamin seperlunya. Apa yang bisa dilakukan remaja dalam kondisi yang sempat memunculkan kepanikan ini? Sesungguhnya reaksi terkejut dan kepanikan masa di era digital seperti ini memang wajar karena banyaknya beredar informasi hoax dan banyaknya informasi yang terfokus pada hal yang fatal.
Bukan dari informasi yang benar dan kondusif. Padahal kenyataannya angka kematian masih relatif kecil. Reaksi panik akan berakibat buruk mendatangkan stres, yang menurunkan daya tahan tubuh dan berakibat tidak baik jika saja tertular. Mudah-mudahan dengan semakin baiknya pengendalian, perawatan dan semakin kondusifnya informasi yang beredar, ini akan mengeliminasi kepanikan masal.
China saat ini telah diberitakan telah sanggup mengendalikan penyakit ini di negaranya. Tentu saja ini kabar baik. Dan remaja atau anak muda sangat berperan potensial dengan tidak menambah kepanikan dan justru malah ikut berkontribusi positif dalam pencegahan. Pertama dengan menjaga kesehatan tubuh dan melakukan pencegahan. Kedua, ikut menyebarkan informasi positif serta mengeliminasi hoax yang beredar.
dr. Oka Negara, M.Biomed, FIAS
Reporter: bbn/oka