search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Alih Fungsi Ketungan dari Penumbuk Beras Kini Menjadi Media Seni
Selasa, 24 November 2020, 21:30 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Museum Subak Tabanan bersama Dinas Kebudayaan Tabanan melakukan kegiatan seminar kajian koleksi "ketungan" di Musuem Subak Tabanan, Selasa (24/11). 

Seminar yang diikuti juga oleh seniman muda Tabanan ini mengupas tentang sejarah, peradaban, serta alih fungsi ketungan di Tabanan.

Ketungan saat ini sudah tak lagi difungsikan sebagai wadah penumbuk beras, melainkan menjadi pengantar saat pelaksanaan upacara yadnya serta sebagai pertunjukan kesenian atau media seni.

Seiring perkembangan zaman, saat ini Ketungan menjadi ekspresi kesenian yakni dengan permainan bunyi saat ini karena sudah dianggap tidak fungsional lagi menjadi tempat menumbuk beras mengingat teknologi sudah mengalih fungsi sebagian besar kegiatan manual/tradisional di Bali khususnya di Tabanan. 

Prinsip utamanya saat ini adalah sebagai seni musik atau gamelan. Padahal ketungan tak mengenal nada, namun ketika dimainkan setiap Ketungan memiliki suara yang berbeda beda. Selain itu juga bisa menjadi pengiring saat pelaksanaan upacara seperti ngaben, potong gigi, dan tiga bulanan.

Kepala UPTD Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Pawitrani mengatakan, kegiatan seminar ini adalah rangkaian dari kajian terkait ketungan di Tabanan beberapa bulan lalu. Sehingga sehingga ini diharapkan mendapatkan masukkan baru dari masyarakat.

"Jadi kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan kajian koleksi museum subak. Ini sangat diperlukan agar kita bisa lebih detail lagi dalam menyampaikan ketungan pada para pengunjung museum subak. Artinya kita akan mendapat data yang lebih lengkap lagi tentang ketungan ini," jelas Dayu Pawitrani usai seminar, Selasa (24/11). 

Dia melanjutkan, tujuan dari kajian untuk memperjelas lagi atau menambah lagi pemahaman informasi mengenai koleksi budaya agraris yang ada di museum subak Tabanan ini. Bahkan tahun ini ada dua kajian yang dilakukan oleh tim yang juga menjadi narasumber seminar. Tahun ini ada kajian yang dipimpin langsung oleh Kepala UPTD Museum Subak mengulik tentang Ketungan dan Jineng.

"Intinya untuk menambah informasi mengenai koleksi budaya agraris disini. Sehingga ketika informasi tersebut sudah lengkap, lebih memudahkan penyampaian pada pengunjung oleh pemandu disini. Artinya pemandu wajib mengetahui hasil seminar ini sehingga menambah wawasan mereka untuk disampaikan pada pengunjung nantinya. Jadi kita akan punya informasi yang mendalam tentang koleksi yang ada di museum subak," jelasnya. 

Disingung mengenai ketungan yg masih difungsikan sebagai penumbuk padi manual di Tabanan, Dayu Pawitrani menyatakan sudah tidak ada. Meskipun begitu, masih ada fungsi lain dari ketungan ini di Bali seperti untuk upacara agama terutama upacara-upacara besar di Bali seperti pitra yadnya dan lainnya. 

"Selain ngaben, juga bisa digunakan saat upacara potong gigi atau tiga bulanan. Malah itu dipakai untuk menunjukkan status sosial di kalangan masyarakat," ungkapnya. 

Kemudian untuk keberadaan ketungan juga saat ini sudah sangat jarang. Hal tersebut diketahui setelah beberapa waktu lalu pihaknya bersama tim kajian berkeliling di Tabanan. 

"Kemarin kita ke Pura Batukaru, Jatiluwih, Tegal Mengkeb, Buwit, dan Baturiti. Di situ ada ketungan-ketungan yang sudah tua sekitar 50 th lebih. Jadi sebagian besar sudah disakralkan oleh masyarakat setempat. Kemudian untuk beberapa ketungan juga sudah ada yang difungsikan untuk pertunjukan seni," katanya. 

Reporter: bbn/tab



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami