search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
China Tambah Tes Deteksi Covid-19 Lewat Lubang Anus
Senin, 1 Februari 2021, 14:10 WITA Follow
image

bbn/AP:Mark Schiefelbein

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

China menambah metode pendeteksian covid-19 baru yakni dengan tes swab anal melalui lubang anus. Hal ini dilakukan di tengah melonjaknya kasus COVID-19 menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.  

Dikutip dari ABC News, melakukan tes swab melalui lubang anus menimbulkan perdebatan di kalangan pakar kesehatan China. Pemerintah menerapkan tes ini bagi mereka yang menjalani karantina di hotspot penularan COVID-19. Masa karantina bagi pendatang ke China diperpanjang menjadi satu bulan

Mereka yang dianggap perlu mendapatkan pengawasan ketat yaitu para pendatang dari luar negeri. Mereka diharuskan menjalani empat tes yaitu tes darah, swab melalui hidung, tenggorokan, dan melalui lubang anus.

"Menerapkan tambahan swab melalui anal akan meningkatkan pendeteksian infeksi dan mengurangi kekeliruan diagnosis," kata Li Tongzeng, direktur asosiasi penyakit pernapasan dan infeksi pada Rumah Sakit You'an di Beijing.

Kepada media pemerintah Central Chinese Television, Dr Li mengatakan karena swab anal lebih menimbulkan rasa tak nyaman hanya diperuntukkan bagi mereka yang menjalani karantina di kawasan hotspot penularan COVID-19, termasuk distrik Daxing di Beijing.

Seorang warga dari kota Tangshan mengatakan kepada media setempat jika tes swab anal yang ia jalani "agak memalukan" tapi semuanya demi kebaikan sendiri. "Tes berlangsung tak sampai 10 detik. Jadi bisa ditoleransi," ujarnya.

Douyacai, seorang mahasiswa yang baru kembali dari Korea Selatan, telah menjalani swab anal di Beijing pada hari ke-14 karantina.
Dalam postingan di salah satu media sosial, Douyacai menyebut dirinya dites dua kali melalui lubang anus.

"Rasanya sangat malu. Tidak ada perasaan lain. Selamat menjalani," tulis Douyacai.

Winny, seorang mahasiswa yang kuliah di Australia, mengaku telah menjalani swab anal ini saat berada dalam karantina di kota Guangzhou. Selain swab mulut, katanya, ia juga menjalani swab anal pada hari ke-12 karantina.

Pakar penyakit menular di Australian National University (ANU) Dr Sanjaya Senanayake mengaku tidak yakin dengan apa yang ingin dicapai melalui swab anal.

"Jelas, dari sudut pandang kepatuhan, pastilah orang lebih memilih swab hidung atau tenggorokan daripada swab anal," katanya kepada ABC.

Yang Zhanqiu dari Universitas Wuhan mengatakan swab hidung dan tenggorokan masih merupakan tes paling efisien untuk COVID-19, mengingat virus ini tertular melalui saluran pernapasan bagian atas dibandingkan sistem pencernaan.

"Ada kasus-kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien, tapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang," kata Dr Yang kepada Global Times, media milik Pemerintah China.

Sebuah makalah yang diterbitkan oleh sejumlah peneliti China pada Agustus 2020 menyimpulkan: "Swab anal mungkin spesimen optimal untuk deteksi SARS-CoV-2 untuk mengevaluasi keluarnya pasien COVID-19 dari rumah sakit."

"Pasien dengan hasil feses yang positif memerlukan isolasi lebih lanjut sampai virusnya benar-benar hilang," tambahnya.

Dr Senanayake mengatakan Pemerintah China tampaknya berusaha untuk menemukan kasus sebanyak mungkin.

"Tetapi bila ditemukan kasus positif melalui swab anal, hal itu mungkin membingungkan," katanya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami